Lima Rahasia Tentangmu
Pertama,
aku belum melupakanmu. Terlebih di saat senja memerah dan gerimis turun pagi-pagi
buta. Langit yang indah dan bumi yang gulana seperti kamu. Aku menikmati mereka
sebagaimana aku mengenangmu. Memandang ke luar jendela sambil berbisik, hiduplah
dengan baik. Syukurlah, kamar ini berjendela.
Kedua, aku menanti kehancuranmu. Ibarat
pecahnya vas kesayangan ibumu. Kau menyatukan puing-puing vas dengan degup
jantung tak beraturan. Dan srrrttt, salah satu pecahan merobek tanganmu. Kau
terpekik hingga tubuhmu oleng.
Dengan cepat kau menggeser posisi kakimu untuk
menyeimbangkan diri. Dan srrrttt, kini kakimu ikut koyak. Kau berusaha susah
payah karena pecahannya nyaris tertimbun di dalam daging kakimu. Namun ternyata
kau tetap berusaha. Sedikit lagi usahamu berhasil. Dan di penyatuan serpihan
terakhir, vasmu roboh kembali. Aku mengikutimu selalu. Kapan kau hancur? Aku sudah
lama tidak tersenyum.
Ketiga, aku mengikuti nasehatmu. Minum
sebelum makan. Kurangi makan snack
dan minum teh botol, (hoho, ini sulit sekali). Dan, mendoakanmu seusai shalat. Kamu
sehat? Jangan jadikan doaku sia-sia. Janji ya.
Keempat, aku berharap kau tak pernah
ada di masa depanku. Doakan aku bertemu dengan lelaki idamanku dan itu bukan
kamu. Tapi aku tetap menggunakan lagu favorit kita. Akan kugunakan saat aku membutuhkannya.
Ingat, aku menggunakan bukan meminjam. Walau kita sepakat, pinjam adalah kata yang tepat.
Kelima, aku minta maaf. Tapi aku tidak memaafkanmu.
Begitulah kau hadir dan kau hilang, keduanya tercipta
secara bersamaan. Mengingatmu adalah tentang melupakan. Terakhir kumohon “Sssstt,”
jangan bilang siapa-siapa. Ini rahasia.
Komentar
Posting Komentar