Sindrom Usia 25


         
        Di antara kita siapa yang akan curi start menikah lebih awal? Setidaknya itulah sepengggal percakapan main-main “Empat Hobiters” kala berseragam SMA dahulu. Tentu saja ini adalah pertanyaan yang mudah. Kita punya dua kandidat unggul yang tak perlu diragukan ketangguhannya. Haha, tak perlu kusebutkan dua kandidat itu, kuharap ingatan kita berempat masih sama. Mereka berdua nanti akan berpacu paling dulu, terserah mana yang dahulu bertemu jodohnya. Kita membicarakan hal tersebut seingatku 7 tahun silam dalam frekuensi yang lumayan banyak. Cerita itupun dibumbui dengan kado apa yang akan kita berikan nanti hingga rencana pertunangan anak-anak kita. Haha, kalau diingat-ingat pembicaraan itu, aku jadi malu sendiri. Ragu apakah itu lucu entah ngeri karena tak sadar kala SMA kita mantik juga.

     Dan pertanyaan selanjutnya siapa yang terakhir menikah? Jawabannya tentu di antara kita berdua. Namun seingatku yang akan terakhir adalah kamu, mengingat usiamu setahun di bawahku. Walau kamu selalu berusaha berkata kemungkinan besar bisa juga aku.

       Dan WOW, tak kusangka kamu meluncur ke posisi dua. WOW karena dalam usia yang begitu muda pemikiranmu jauh lebih dewasa. WOW karena menandakan kau siap dengan segala kemungkinan buruk yang biasa dijalani pasangan yang sudah menikah. WOW karena meninggalkanku entah pada posisi keberapa!


       Siapakah yang selanjutnya? Sindrom usia mendekati 25 benar-benar memperburuk suasana. Masihkah 25 adalah angka mati? Aku bergumam dalam hati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bapak, Ibuk dan Ceritanya

Your Dying Heart

Pengalaman TOEFL ITP Online