Cinta dengan Titik : Kisah Cacat yang Sempurna
Judul buku : Cinta. (baca : cinta dengan titik)
Penulis : Bernard Batubara
Penerbit : Bukune
Cetakan : Pertama, Agustus 2013
Tebal : 314 Halaman
Harga : Rp. 40.000
Bagaimana bisa mencintaimu dan melupakanmu bisa kulakukan
sekaligus?
-----(dilema
aku sebagai pembaca)
Mengapa cinta membuatku
mencintaimu, ketika pada saat yang sama kau mencintai orang yang bukan aku?---Cinta.
Bicara tentang cinta, Bara jagonya.
Setelah sukses membuatku tergila-gila pada rangkai katanya yang puitis dalam “Milana,”
Bara kembali membuatku terpesona dengan “Cinta. (baca : cinta dengan titik).”
Dari
judulnya, kupikir buku ini akan berkisah tentang bagaimana kau bisa menemukan
muara cintamu. Meyakini adanya cinta sejati yang tidak beranak pinak hingga
membuat serupa ranji cinta dengan muara yang tak pasti. Seperti orang kebanyakan
yang jatuh cinta berkali-kali.
Tapi
ini lain. Kisah yang menurutku memberi cita rasa yang baru dari buku-buku ber-genre cinta yang kubaca
sebelum-sebelumnya. Cinta dengan titik menyuguhkan kisah cacat yang diracik
dengan sempurna. Ya, cacat. Kau tahu bagaimana rasanya kala kau berpihak kepada
orang ketiga, penyusup dalam suatu hubungan yang sudah dalam tahap pertunangan?
Bara tampaknya ingin mengubah pandangan pembaca bahwa perselingkuhan itu tidak
selalu salah. Pun kala kau menjadi selingkuhan yang selalu berusaha
disembunyikan dari dunia luar.
Cinta
tak melulu tentang bagaimana kau mempertahankan yang sudah kau bina namun
memilih cinta yang kau inginkan. Buku ini merupakan novel fiksi yang terasa
begitu nyata. Bara seakan meramu ceritanya dengan hal-hal yang sangat dekat
dengan kehidupannya. Atau mungkin ini pengalaman pribadi seseorang? Who knows?
Yang
jelas, aku sangat menyukai jalan cerita yang too sweet sekaligus too bitter.
Ada banyak haiku yang membuatku jatuh hati sekaligus seolah usai menelan kopi.
Midnight
in your eyes
Darkness
and silence and stars
Very
compelling
-----Demas
My
favorite part is the verse,
While
yours is the refrain.
I
don’t know if it’s a curse
But
loving you is like inviting the pain
----NEM
Begitulah, ada banyak haiku yang
memiliki sisi romantic and sorrow-nya tersendiri. Apalagi ketika kau membacanya sambil mendengar
alunan lagu dari Maroon 5 and SUM 41.
Dipastikan kau akan dibuat galau karenanya.
But finally, kisah cacat itu termaafkan. Pembaca bisa lega
karena Bara menyudahi ceritanya dengan happy
ending yang tidak dipaksakan. Mendamaikan
hati pembaca yang sudah krasak krusuk dengan pertanyaan mau dibawa kemana hubungan
sesalah itu? Jangan sampai berakhir dengan jalan yang salah sehingga tanda
titik setelah cinta adalah sebuah simbol yang perlu diperbaiki.
Ah cinta
“Seperti pelangi setia
menunggu hujan reda”
----“Desember,” Efek Rumah Kaca
Komentar
Posting Komentar