5# Perempuan Dalam Perangkap Masa Lalu

Aku tahu aku bodoh, tapi aku tidak menyangka aku sebodoh ini. Apa pasal? Waktu itu aku sedang mengerjakan tugas dan facebook-ku dengan baik dan benar. Kak Ya yang tidur di ranjang sebelah namun agak lebih rendah dari ranjangku kulihat sedang sibuk dengan laptopnya. Dua temanku yang lain sudah tidur sejak tadi. Hanya kami berdua yang menyisakan malam-malam dengan tugas dan facebook berdua. “Kak Ya, bisakah carikan aku tentang angka nol?” aku mengganggu ketenangan Kak Ya. Seperti biasa, Kak Ya adalah perempuan yang siap diganggu kapan saja meski dia sibuk dengan aktivitasnya. Kak Ya menolongku mencarikan data yang aku minta. Aku tekun kembali dengan tugasku.

Esoknya, mata Kak Ya bengkak. Anehnya aku tidak menyadari kebengkakan itu. Satu lokal tahu Kak Ya bengkak selain aku. Dan dahsyatnya satu lokal juga tahu kalau bengkak itu merupakan efek dari menangis semalam. Kecuali aku. Apa? Aku tidak percaya. Bukankah akulah yang bersama Kak Ya malam itu. Kapan memangnya kejadian menangis itu berlangsung. Mungkinkah malam sebelumnya, efeknya 2 hari setelah itu. Wah wah aku makin bodoh saja.
Akhirnya, Kak Ya mengaku bahwa semalam tadi dia menangis. Di kala aku terjaga dan mengganggu Kak Ya malam itupun, Kak Ya masih sedang menangis. Hoho, takicuah di nan kalam, itu biaso. Takicuah di nan tarang, hati taibo. Aku bersenandung dalam hati.
Jika dahulu aku menyebut diriku sebagai perempuan purba dalam taraf percaturan modernitas perempuan. Ternyata dalam masalah cinta, Kak Ya adalah perempuan masa lalu yang hidup di masa sekarang. Tepatnya perempuan zaman purba yang menumpang hidup di masa ini untuk sekedar hadir tapi tidak ada. Kami melihat Kak Ya dari pagi hingga pagi di lain hari lagi. Namun Kak Ya hanya melihat masa lalunya. Hidup di dalamnya dan menangis untuk menikmatinya.
Di kala perempuan lain sibuk dengan status facebook and twitter ter-update, Kak Ya masih saja dengan status masa lalu. Di kala perempuan lain sibuk chatting dengan lelaki idaman mereka, Kak Ya dengan setia menunggu cinta masa lalunya online hingga tengah malam. Ibarat mata-mata Kak Ya selalu mengintai update status darinya. Menganalisis perempuan yang mana terindikasi sebagai pacar baru atau selingkuhan baru atau siap-siap sebagai tawanan cinta baru oleh cinta masa lalunya dari komen-komen yang tak luput Kak Ya baca. Setelah itu menangis sesenggukan, kecewa sendiri, marah sendiri, sakit hati sendiri dan galau sendiri.
Akhirnya dengan bujuk raju berkekuatan 500 Giga Byte, kami memblokir sang lelaki dari pertemanan di facebook Kak Ya. Sehari dua hari berselang paska blockade dilakukan, Kak Ya tampak riang dan tenang. Namun di beberapa hari berikutnya, Kak Ya menyuruh teman sekelas kami untuk menyusup ke dalam akun sang lelaki. Ah Kak Ya, pencurian data orang lain adalah tindakan kriminal. Untunglah di detik-detik penyusupan akan dilakukan, usaha tesebut berhasil kami patahkan.
       Jika ada perempuan yang mempercayai Tuhan menyiapkan jebakan selain takdir, mungkin Kak Ya lah orangnya. Padahal aku tahu jauh di lubuk hati Kak Ya, dia sadar bahwa masa lalu adalah takdir Tuhan untuk membentuk masa depan yang lebih baik. Aku juga tahu  bahwa sebenarnya Kak Ya sangat sadar bahwa lelaki itu bukanlah lelaki yang pantas untuk mendapatkan kebaikan hatinya. Namun Kak Ya tetap sulit untuk menerimanya hanya dengan satu alasan bahwa Kak Ya tidak suka dengan kisah yang menggantung. Mungkin Tuhan sengaja menjadikan kisah itu tidak selesai karena Dia menunggu Kak Ya menyelesaikannya sendiri dengan cara yang bijak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bapak, Ibuk dan Ceritanya

Your Dying Heart

Pengalaman TOEFL ITP Online