1# Surat Untuk Kekasih

Ketika kau membaca surat ini, aku tak peduli kau sedang berada dimana. Yang jelas dimana pun itu, semoga rahmat dan keberkatan selalu tercurah padamu. Amiin. Sebelum itu, aku juga meminta maaf jika surat ini tidak berkenan bagimu. Kuberitahu saja, ini barulah surat yang pertama. Akan datang lagi surat-surat berikutnya yang kuharap tidak mengganggumu. Lagi pula, kamu tidak perlu terbebani dengan apa yang kutulis dalam surat ini. Menulis adalah salah satu caraku bersenang-senang dan satu-satunya hobi yang menghilangkan kegelisahanku.

Untukmu yang selalu tersiram air wudhu.

Sampai detik ini aku belum mengenalmu. Apakah kau adalah orang yang belum pernah kujumpai sebelumnya atau malah teman dekat yang sering bersama. Apa kau lawan bicaraku beberapa jam yang lalu atau kau pengendara yang beberapa kali lalu lalang di sebelahku. Sesekali aku membayangkan kamu adalah imam shalat dzuhur di suatu mesjid, namun luput dari perhatianku. Atau seorang yang antri di belakangku saat membayar bon pembelian buku di toko buku. Siapapun kamu dan bagaimana cara kita bertemu, aku tak peduli, Kasih. Karena aku percaya Tuhan tidak bermain dadu. Siapapun kamu dan dimanapun kamu sekarang, pastilah kau lelaki yang terbaik untukku. Skenario Tuhan maha sempurna. Tentu saja jika dibarengi usaha dan do’a makhluk Nya.


Kasih, aku menulis surat ini tengah malam setelah seorang teman bertanya tentangmu. Kau tahu, ini hal yang teramat menyebalkan yaitu di saat orang-orang sibuk mempertanyakan dan bercerita tentang kamu serta berbagai pilihan-pilihan hidupku. Lalu menyangkut pautkannya dengan hal-hal yang tidak sepaham denganku. Layaknya merekalah yang telah mengatur takdirku jauh sebelum aku dilahirkan. Sebetulnya mereka hanya tidak tahu betapa damainya aku kala memikirkanmu di sepertiga malam yang sunyi itu. Mereka juga tidak tahu betapa menunggumu adalah sebentuk petualangan yang mendebarkan.

Kepastian jauh lebih berat, Kasih. Tak semudah mengatakan iya atau tidak. Tak semudah bersatu lalu berpisah. Di kehidupan yang serba tak pasti, barulah hidup bersinonim dengan perjuangan. Usai berjuang, hidup pun meminta keikhlasan. Tentangmu tentu saja membutuhkan perjuangan yang cukup ekstra. Kamu adalah perihal perasaan. Yang namanya perasaan selalu saja merepotkan, bukan?  

Untuk kamu ketahui, perjuangan dalam menunggumu adalah bagian yang paling kusukai. Menunggu membuatku menyadari betapa berharganya waktu dan betapa berharganya kamu. Lalu kapan kau datang? Tentu saja aku bukanlah Tuhan yang mengetahui waktu paling tepat. Selalu ada waktu yang tepat untuk semua hal bukan? Kapanpun itu, semoga aku tidak terlambat memberikan yang terbaik dari hidupku.  

Oh ya, satu lagi. Jika kita bertemu nanti, kuharap kau jangan mencintaiku. Aku tak begitu percaya cinta dapat membuat manusia bisa bersama. Karena cinta hanya melingkupi kelebihan seseorang saja. Aku belum mendengar cinta hadir karena kekurangan seseorang.

Jika kita bertemu nanti, kau cukup mempercayaiku. Se-percaya aku akan kedatanganmu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bapak, Ibuk dan Ceritanya

Your Dying Heart

Pengalaman TOEFL ITP Online