Kebetulan yang Tidak Ingin Kualami

Aku ahli bersembunyi. Satu-satunya jurus andalanku untuk menyelesaikan masalah yang tak kunjung selesai-selesai. Antara tak bisa dan tak ingin kuselesaikan. Aku juga tidak tahu persis. Sebagai gantinya kuserahkan pada waktu dan rumput yang bergoyang. Yang terpenting adalah aku punya sikap. Sikap yang tak perlu didukung oleh siapapun. Kejamkah? Heih, siapa yang membicarakan itu. 

Ooo ya ya, angkat tangan. Lebih tepatnya mengabaikan. Tidak, tidak. Tidak sungguh-sungguh mengabaikan. Ahrg. Kata ini cukup menyebalkan. Terlebih saat mengingat Faksi = -reaksi, gaya tarik menarik alam semesta, teori keseimbangan alam, karma atau kutukan. Cukup, cukup hentikan semua itu. Toh ini menyenangkan walau tidak baik.


Satu hal yang aku pura-pura lupa. Bersembunyi tidak bisa selamanya. Di jagat raya seluas ini dengan satu orang aku dan satu orang kamu di antara milyaran manusia lainnya. Perlukah kita tak sengaja bertemu di persimpangan ini? Ada banyak jalan di muka bumi, mengapa aku dan kamu memilih jalan yang sama di jam, menit dan detik yang sama? Ya ya ya, tidak ada kebetulan tanpa ada alasan. Mungkin Tuhan sedang mengingatkanku akan kutukan. Baiklah, hadapi tembokmu. Jangan berbalik sebelum kau meruntuhkan tembok itu. Aku mengobarkan semangat juang. 

Dan tak semudah itu. Kita bertemu. Badanku mendadak panas dan kejang-kejang. Suatu reaksi yang berlebihan dan mengganggu. Waktu terasa berhenti di sekelilingku. Hanya aku dan kamu yang bisa bergerak. Ilusi ini sesuai dengan film-film yang pernah kutonton. Beberapa lagu menggema di ruang pendengaranku.  MCR, Secondhand Serenade, Mariah Carey hingga soundtrack Conan dan Naruto ikut menyemarakkan momen. Hoalah apa aku model video klip? Aku berfikir segera. Antara menyapa, tersenyum sambil menanyakan kabar, berlalu sambil sok sibuk melihat handphone, berbalik sambil menggaruk kepala seakan ada yang ketinggalan, terus berjalan menunduk seolah tak melihat siapa-siapa. Ting tong. Aku memilih menjatuhkan koin dan membungkuk-bungkuk. Pilihan yang benar-benar di luar dugaan. Hasilnya, begitulah kau tidak menyadari keberadaanku. Aku tertunduk lesu. Ah, kamu jauh lebih kejam.

Aku memandangi punggungmu yang kian menjauh. Kupandangi lama. Untuk bekal esok, esok dan esoknya lagi. Karena kau tetaplah laki-laki yang sama sekali tidak ingin kutemui. Dalam sebuah kebetulan singkat sekalipun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bapak, Ibuk dan Ceritanya

Your Dying Heart

Pengalaman TOEFL ITP Online