Pulau Pasumpahan Part 2

Gambar diambil dari sini
Aku mengajak Kak Siska ke pulau Pasumpahan. Seperti biasa, sebelum aku mengajak seseorang, aku mempersiapkan diri untuk mendengar kata tidak. Dari perawakannya, kupikir kak Siska akan menolak ajakanku. Namun ternyata di luar dugaan. Kak Siska menyambutnya dengan gegap gempita. Lebih semangat dari yang kukira. Syukurlah.

Awal rencana, keberangkatan adalah Minggu pukul 07.00 berkumpul di Simpang Haru. Di malam hari, tiba-tiba keberangkatan delay 1 jam. Walau kamar kak Siska berjarak 10 langkah dari kamarku, aku memilih untuk memberitahukan pengumuman ini lewat message facebooksaja. Maklum, aku harus hemat tenaga untuk petualangan di Pulau Pasumpahan esok harinya.

Sialnya, kak Siska tidak membaca pesanku. Ia bersiap-siap sejak jam 05.00 subuh. Sekira pukul 06.00 pagi di saat aku masih mandi, kak Siska datang dalam balutan semi gaun warna pink untuk memantau kesiapanku. Melihat aku belum siap, kak Siska mencak-mencak sambil tertawa. Tak ada yang bisa kulakukan selain ikut tertawa.


Wah Kak Siska gaya sekali. Aku tak mau kalah. Turut mencoba mengerahkan seluruh tenaga untuk bergaya dan terus lanjut ke tempat perjanjian. Tak lama, kami tiba di Simpang Haru. Beberapa teman dari BDSB sudah berkumpul. Kami pun menyalami mereka satu persatu sambil bermalu-malu ria. Maklum, semua orang bergaya ala kadarnya. Sesuai dengan tujuan mereka berenang. Melihat itu, dalam hati aku berdoa semoga sim salabim ada Mall ditemukan di Pulau itu agar gaya kami tidak mubazir adanya.

Perjalanan pun dimulai. Seperti teman-teman yang lain, aku membawa motor dan berboncengan dengan Kak Siska. Di dalam perjalanan, kami berdua rusuh menandai mana-mana saja anggota yang harus kami turuti agar tidak salah jalan. Saking rusuhnya, ketika melintas di jalan raya Bungus tempat truk-truk besar banyak lalu lalang. Kami kehilangan teman yang telah kami tandai sebagai panduan. Laju motor kupercepat. Kami lihat dua orang pengendara sepeda motor yang juga menyandang backpack seperti teman-teman lainnya melaju di hadapan kami. Dengan penuh percaya diri kami menuruti ke dua orang tersebut. Dan mereka membelok ke arah kanan, kami menurut. Disusul sorakan dari arah belakang. “Salahhh oiii..” mereka semua tertawa. Lebih-lebih kami, tertawa sampai terpingkal-pingkal. Sepertinya kami menuruti dua orang bapak yang ingin pergi ke sawah atau ladang mereka. Hampir saja BDSB berduka. Tetap saja, kami susah berhenti tertawa dengan tetap meneruskan perjalanan. . .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bapak, Ibuk dan Ceritanya

Your Dying Heart

Pengalaman TOEFL ITP Online