Tidak

“Spaaaaadaaaaa……”
“Ini dia orangnya…*nimpuk pake sandal”
“Eh eh, ada apa? Hari Jum’at lo….”
“Karena. . . . .apa sambungannya to cerita bulan lalu?”
“Xixixixi…..Habisin tahun ini dulu lah, baru disambung,,dududu penasaran ya *nepuk dada”
“Ya sudahlah…*pasrah tapi tak rela jilid 2, kali ini apa?”
“Mmmmm aku malu mengatakannya”
“Sejak kapan kau punya rasa malu?”
“Whattt??? Apa aku seburuk itu?”
“Oh tidak, kau tidak buruk, tapi sangat buruk”
“Hh, aku senang mendengarnya”
“Ups…so? Kali ini apa?”
“Well… Emmmm aku jatuh cinta,”
“Haha, siapa perempuan malang itu?”
“Nanti kau juga tahu sendiri,”
“Ouch Ya?? Apa kau ingin mengungkapkan padanya akan perasaanmu?”
“Begitulah, aku hanya ragu kapan waktu terbaik untuk mengungkapkannya”

“Yap, itu perlu. Sebagian perempuan sudah banyak yang tahu tiga rumus afdol yaitu –lelaki tepat pada waktu yang tepat-lelaki tepat pada waktu tak tepat-lelaki tak tepat pada waktu yang tepat-”
“Hei, apa kau tahu kami laki-laki juga punya rumus yang sama? Ish ini SARA”
“Hoho, kau semakin pemarah di pertengahan bulan ini. Apa setan di perutmu lepas dari belenggunya?”
“Huft maaf, bukan maksudku *pasang peci”
“Yupz, kembali ke topik semula jika kau ingin mengungkapkan perasaanmu, kau harus belajar mendengar kata tidak. Aku bersedia mengajarkanmu.”
“What?? Apa aku harus sepesimis itu?”
“Hei ini bukan tentang pesimistis Plend, tapi bentuk pertahanan diri.”
“Apa maksudmu?”
“Kau tahu siapa orang yang tidak siap menerima kata iya? Coba kau katakan padaku!”
“Hmm aku berfikir”
“Tak perlu berfikir, jawabannya sudah ada sebelum kau dilahirkan. Tak ada yang tidak siap mendengar kata iya. Namun kau tahu? tak sedikit yang hancur lebur hanya karena penolakan. Kau bisa salah satunya”
“Kau menakutiku?
“Iya…tapi itu benar, ayo belajar selagi aku baik”
“Baiklah, bagaimana kau mengajariku?”
 “Coba kau tanyakan padaku mulai dari hal yang remeh temeh terlebih dahulu. Misalnya bisakah aku pinjam bukumu? Lalu aku akan menjawab tidak. Jiwai setiap permintaan yang kau katakan. Ini tidak main-main!”
“Baiklah, aku mulai dengan -Bolehkah aku contek PR Matematikamu?”
“Cut cut cut. . .walau ini pelajaran kau jangan asal membuat permintaan. Jangan meminta yang orang selugu apapun pasti berkata tidak. Heiheh, kau menyebalkan!”
“Begitukah? Baiklah, aku coba berfikir lagi, maklum aku jarang meminta. Aku terbiasa memberi. Hehe.
-Aku tidak punya uang, sekarang perutku lapar sekali. Bolehkah aku meminta kuemu?”
“Tidak, maaf. . .kue ini hanya cukup untuk ku,”
“Hmm, begini aku perlu ke suatu tempat, tapi kendaraanku rusak, bolehkah aku pinjam motormu?”
“Aduh. . .gimana ya, aku juga perlu motorku, kau bisa pinjam dengan teman yang lain,”
“Kucing kesayanganku sakit, bisakah kau membantuku menunjukkan jalan ke tempat praktik dokter hewan?”
“Maaf, aku sedang sibuk,”
“Hei, aku lelah belajar. . .aku terlalu menjiwai peran. . .oke sekarang langsung saja, aku mencintaimu, bagaimana denganmu?”
“Maaf, aku tidak mencintaimu,”
“Benarkah? Kenapa?
“Tidak karena aku tidak percaya pada cintamu, aku lebih mencintai lelaki lain. Maafkan aku,”
“Hei, bisakah kau pikir-pikir lagi, aku serius. . .”
“Aku sudah memikirkannya, dan jawabannya tetap tidak. Sekali lagi maaf,”
“Kyaaa sudahlah. . .kalau begitu lain kali aku akan mengutarakannya lagi, semoga kau mengubah jawabanmu”
“Bagaimana? Kau belum siap menerima penolakan? Kau harus tahan banting anak muda.”
“Sepertinya ini bukan waktu yang tepat,aku off dulu”
“Maksudmu???”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bapak, Ibuk dan Ceritanya

Your Dying Heart

Pengalaman TOEFL ITP Online