Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2019

Give Up Or…

Hari ini aku terluka. Tepatnya hatiku. Rasanya seperti tersayat sembilu lalu dilumuri CH3COOH a.k.a asam cuka. Sesekali rasanya juga seperti ditumbuk-tumbuk batu ulekan lalu diolesi cabe merah super pedas di etalase Rumah Makan Padang, eh. Sakitnya tuh terasa tak di sini saja. Menyebar ke segala arah. Layaknya aliran kalor reaksi eksoterm. Ingin rasanya aku berteriak kemudian berlariku. Menatap kosong rumput yang bergoyang tanpa bertanya apa-apa. Menyatu dengan debur ombak yang…. cukup. Sudah sudah. Lama-lama aku bisa terbawa suasana melankolis yang menyesakkan. Karena sialnya aku tidak cukup syarat dan perizinan yang kuat untuk bersatu padu dengan suasana blue yang mengharu deru, atau sampai rolling on the floor crying . Lebih tepatnya malas dan sia-sia. Toh besok, besok dan besoknya lagi aku akan terluka lagi. Bahkan bisa lebih teruk dari ini. Aku tidak terluka sendiri. Temanku juga. Hanya saja asal muasal lukanya tidak sama. Walau sakitnya juga menyebar kemana-mana. Bedanya d

Tidak

Gambar
“Spaaaaadaaaaa……” “Ini dia orangnya…*nimpuk pake sandal” “Eh eh, ada apa? Hari Jum’at lo….” “Karena. . . . .apa sambungannya to cerita bulan lalu?” “Xixixixi…..Habisin tahun ini dulu lah, baru disambung,,dududu penasaran ya *nepuk dada” “Ya sudahlah…*pasrah tapi tak rela jilid 2, kali ini apa?” “Mmmmm aku malu mengatakannya” “Sejak kapan kau punya rasa malu?” “Whattt??? Apa aku seburuk itu?” “Oh tidak, kau tidak buruk, tapi sangat buruk” “Hh, aku senang mendengarnya” “Ups…so? Kali ini apa?” “Well… Emmmm aku jatuh cinta,” “Haha, siapa perempuan malang itu?” “Nanti kau juga tahu sendiri,” “Ouch Ya?? Apa kau ingin mengungkapkan padanya akan perasaanmu?” “Begitulah, aku hanya ragu kapan waktu terbaik untuk mengungkapkannya”

Taman Bermain

Gambar
Horeeee. . .di kampungku sudah ada taman bermain. Inilah jadinya kalau tidak tahu menahu dengan perkembangan kampung halaman. Kapan munculnya, aku tak tahu sama sekali. Baru kemaren sore aku tahu karena diajak Annisa untuk bermain ayunan di sana. Mulanya aku tidak percaya dengan cerita Nisa yang terlihat bangga luar biasa. Ia menceritakan pengalamannya dengan sangat utuh sekaligus menuntut kesabaran tingkat tinggi dariku. Ternyata oh ternyata. Annisa benar. Aku terpesona dengan taman bermain yang sebenarnya tampak biasa ini. Hanya saja berhubung terletak di kampung kami, aku cukup berbangga hati. Ada sekira 4 set ayunan dengan 3 ayunan tiap setnya. Mereka memiliki ketinggian berbeda-beda tergantung peruntukannya. Satu set dikhususkan untuk balita karena ukurannya yang kecil, rendah serta memiliki sandaran. Sedangkan dua lainnya untuk anak-anak, remaja bahkan dewasa pun juga diperbolehkan. Seperti yang kulakukan saat ini. Walau ayunannya banyak, banyak juga anak-anak yang tidak k

Kopi Kawa, Gaji Pertama dan Setan

Gambar
Ketika seisi dunia berkonspirasi agar kau mengalah dengan mimpimu, apa kau akan menyerah? Aku membuka amplop putih itu dengan tangan gemetar. Kendati jemariku tidak seperkasa biasa, mereka tetap berusaha melepas tutup amplop berperekat yang membuat amplop itu tertutup rapat. Maklum, ini gaji pertamaku. Walau bukan hitungan pertama. Aku merasa masih perlu beraksi luar biasa. Karena nyaliku sedang diuji. Nama baikku sebagai anak yang mandiri dan berani sedang dipertaruhkan. Ditambah lagi pertanyaan mampukah Santi menyelesaikan yang telah dia mulai? Tak henti berlari-lari mengitari kepalaku. Gak capek apa? Taraaaa.... amplop itu pun terbuka. Aku menghitung lembar demi lembarnya hingga mataku berkedip-kedip dalam hitungan tak beraturan. Secara reflek, pertanyaan mengerikan yang sibuk wara-wiri tadi berganti dalam sekejap. Ganti teks jadi Mampukah Santi bertahan? Sepertinya pemenang adalah mereka yang bertahan adalah jawaban yang sulit diucapkan untuk saat ini. Hei...apa ada yang

4# Surat Untuk Kekasih

Gambar
Apa kau pernah membenci temanmu? Seperti aku saat ini. Dia adalah teman yang kukenal lama. Tapi perangainya membuatku kesal. Terasa deras saat kemaren aku bertemu dengannya. Seketika separuh kebahagiaan yang kumiliki hari itu lenyap begitu saja. Bagai diserap segitiga bermuda. Bukan, dia bukan monster. Monster lebih baik darinya. Setidaknya monster tidak membuatmu mengutuki masa lalu, hari ini bahkan mengutuki diri sendiri. Bisakah kau bayangkan, bagaimana dia bisa saja menyakitimu walau dia hanya diam saja di suatu tempat. Puh, betapa beratnya pekerjaan itu.

3# Surat Untuk Kekasih

Gambar
Dear kasih, kabarku buruk Dua hari ini aku mudah lupa. Yang aku lupakan hal sepele memang. Tapi berakibat fatal untuk diriku sendiri. Bahkan menganiaya orang lain. Apa pasal? Senin pagi aku mengganti tas sekolahku terburu-buru. Setiba di sekolah, aku baru ingat kunci lemari tempat tugas anak-anak disimpan, tertinggal di tas yang aku ganti tadi. Tak ada upaya selain menjemput kunci itu ke asrama. Sepanjang jalan aku terus menyesal, apa salahnya jika aku menyiapkan segala keperluanku di malam hari. Apa buruknya jika aku tidak menunda-nunda melakukan sesuatu. Penyesalan membuatku makin sesak saja. Karena mengutuk kesalahan sesungguhnya membuat kita makin menderita. Dalam lelah, akupun meyakinkan diri dan bersyukur, alhamdulillah masih diberi peringatan.

2# Surat Untuk Kekasih

Gambar
Dear Kasih. . . Menemukanmu, serasa aku menjadi ikan kecil kepayahan yang berenang di samudra. Sedang kau adalah tepian yang entah bila bisa aku sampai. Mengharapkanmu tidak membuat aku putus asa. Walau kiri kanan ikan kecil tadi hanya air, tak sekalipun dia berfikir, seluruh dunia berisi air. Dalam   hidup ini aku juga tahu sekali   seberapa boleh aku mengharapkan sesuatu. Yaitu seberapa sanggup pula aku menerima dan menahan kekecewaan. Kita boleh-boleh saja memiliki harapan sebesar apapun, tergantung sebesar apa hati kita siap menampung rasa kecewa. Seperti aku yang selalu menunggumu. Kamu terasa sangat jauh. Entah kapan akan bertemu. Sedang waktu melesat cepat seperti anak panah. Walau begitu, aku tak pernah ragu mendoakanmu. Sambil menguatkan hati untuk bersiap menelan rasa kecewa. Bukan aku tak percaya doa, Kasih. Hanya saja, Tuhan memberi apa yang kita butuhkan, bukan inginkan. Sedang aku tidak mampu memilah di antara keduanya. Bahkan terlambat menyadarinya.

Singgalang di Suatu Petang

Gambar
Gambar diambil di sini Tak tahukah ia, ada sekudung rindu yang kupendam dalam 33 hitungan ruas jari untuk setiap lima kali sehari. Dan bagaimana bisa semua itu malah membebani?   Tak   bersengaja kumenjelang pertemuan itu dari jauh. Ada sebuah kemenangan besar yang mesti kujemput kala itu. Awan menangis di sepertiga bermula kumelangkah. Tak lupa angin berpacu-pacu tak menentu. Kalau tak musabab pahala memberatkan massa, mungkin telah ikut berkawan-kawan dengan binatang bersayap di awang sana. Tanah yang memunggungi saja yang tetap setia memadatkan langkah agar tak terhuyung dan tertelungkup di badannya. Tak sedikitpun pula kuberani mengkhayalkan apa yang akan terjadi nanti, karena terkadang nyata bersiteguh tak berdamai dengan asa. Ini tak sekedar ambisi menaklukkan apa pun isi bumi, tak jua menjalankan hobi. Malu-malu kutabuh gendang hati. Mari sudahi. Tekadku.

Pulau Pasumpahan Part 3

Gambar
Gambar diambil dari sini Kak Siska takut naik perahu. Wajahnya pucat. Sepertinya ia phobia mengarungi lautan. Tapi tenang, sangat mudah membuat kak Siska tersenyum walau wajahnya pucat pasi. Cukup arahkan kamera lalu jepret jepret. Kak Siska akan menampilkan senyum terbaiknya dengan wajah pucat sekalipun.   Kak Siska maniak fhoto. Saat semua orang sibuk berenang, menyelam, memancing. Hanya kak Siska yang sibuk berpose-pose tak jelas. Bersamaku tentunya. Yaahhh aku hanya terbawa-bawa. Jadilah kami berdua mencoba semua gaya untuk menghasilkan fhoto yang bagus. Kak siska lebih-lebih. Tentu saja aku tak mau kalah. Kamipun mencoba pose melompat. Aku berhasil mendapatkan satu fhoto lompatan yang penuh jiwa seni. Sedang kak Siska, entahlah...aku tak bisa menggambarkannya lebih lanjut. Kak Siska tetap berusaha. lompatan-lompatan maut dikerahkan namun tetap saja. Kak Siska akhirnya menyerah.

Pulau Pasumpahan Part 2

Gambar
Gambar diambil dari sini Aku mengajak Kak Siska ke pulau Pasumpahan. Seperti biasa, sebelum aku mengajak seseorang, aku mempersiapkan diri untuk mendengar kata tidak. Dari perawakannya, kupikir kak Siska akan menolak ajakanku. Namun ternyata di luar dugaan. Kak Siska menyambutnya dengan gegap gempita. Lebih semangat dari yang kukira. Syukurlah. Awal rencana, keberangkatan adalah Minggu pukul 07.00 berkumpul di Simpang Haru. Di malam hari, tiba-tiba keberangkatan  delay  1 jam. Walau kamar kak Siska berjarak 10 langkah dari kamarku, aku memilih untuk memberitahukan pengumuman ini lewat  message   facebook saja. Maklum, aku harus hemat tenaga untuk petualangan di Pulau Pasumpahan esok harinya. Sialnya, kak Siska tidak membaca pesanku. Ia bersiap-siap sejak jam 05.00 subuh. Sekira pukul 06.00 pagi di saat aku masih mandi, kak Siska datang dalam balutan semi gaun warna pink untuk memantau kesiapanku. Melihat aku belum siap, kak Siska mencak-mencak sambil tertawa. Tak ada yang

Pulau Pasumpahan Part 1

Gambar
Ambil gambar dari sini Jika aku boleh memilih. Aku lebih suka liburan ke tempat yang tidak ada pantai atau lautnya. Namun, Tuhan selalu memberiku kesempatan ke daerah seperti itu. Laut memang indah, sangat indah malah namun aku tidak begitu menikmatinya. Mungkin karena aku hanya bisa memandangi laut di saat banyak orang datang untuk berenang dan menyelam. Ya, aku tidak bisa berenang dan tidak menikmati baju yang basah-basah karena air. Paling aku hanya berlarian di tepian dan hanya membiarkan air menjalari kakiku sampai di mata kaki lebih sedikit. Itupun hanya menyenangkan dalam lima menit pertama. Setelah itu aku bosan. Lantas bermenung-menung ria di tepian sambil menyaksikan teman-temanku yang tengah berenang. Namun bukan berarti aku menghindari pantai hanya karena tidak begitu menyukainya. Setiap ada kesempatan melakukan perjalanan, tak ada alasan untuk membuang kesempatan itu. Satu kesempatan yang tergilas, jarang akan menetaskan kesempatan kedua. Karena perjalanan bukan h

1# Surat Untuk Kekasih

Gambar
Ketika kau membaca surat ini, aku tak peduli kau sedang berada dimana. Yang jelas dimana pun itu, semoga rahmat dan keberkatan selalu tercurah padamu. Amiin. Sebelum itu, aku juga meminta maaf jika surat ini tidak berkenan bagimu. Kuberitahu saja, ini barulah surat yang pertama. Akan datang lagi surat-surat berikutnya yang kuharap tidak mengganggumu. Lagi pula, kamu tidak perlu terbebani dengan apa yang kutulis dalam surat ini. Menulis adalah salah satu caraku bersenang-senang dan satu-satunya hobi yang menghilangkan kegelisahanku. Untukmu yang selalu tersiram air wudhu. Sampai detik ini aku belum mengenalmu. Apakah kau adalah orang yang belum pernah kujumpai sebelumnya atau malah teman dekat yang sering bersama. Apa kau lawan bicaraku beberapa jam yang lalu atau kau pengendara yang beberapa kali lalu lalang di sebelahku. Sesekali aku membayangkan kamu adalah imam shalat dzuhur di suatu mesjid, namun luput dari perhatianku. Atau seorang yang antri di belakangku saat membayar b

Kebetulan yang Tidak Ingin Kualami

Gambar
Aku ahli bersembunyi. Satu-satunya jurus andalanku untuk menyelesaikan masalah yang tak kunjung selesai-selesai. Antara tak bisa dan tak ingin kuselesaikan. Aku juga tidak tahu persis. Sebagai gantinya kuserahkan pada waktu dan rumput yang bergoyang. Yang terpenting adalah aku punya sikap. Sikap yang tak perlu didukung oleh siapapun. Kejamkah? Heih, siapa yang membicarakan itu.  Ooo ya ya, angkat tangan. Lebih tepatnya mengabaikan. Tidak, tidak. Tidak sungguh-sungguh mengabaikan. Ahrg. Kata ini cukup menyebalkan. Terlebih saat mengingat Faksi = -reaksi, gaya tarik menarik alam semesta, teori keseimbangan alam, karma atau kutukan. Cukup, cukup hentikan semua itu. Toh ini menyenangkan walau tidak baik.