Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Cinta Merekah di Bumi Serambi Mekah

Gambar
Judul                    : Indonesia Kecil di Negeri Serambi Mekah Pengarang           : Abdurrahman Ali Penerbit               : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Versi e-book        : rumahbelajar.id Cetakan               : I, 2018 Tebal                    : 200 Halaman Pertama kali aku menginjakkan kaki di negeri serambi mekah ini adalah pada tahun 2011. Kala itu aku bersama kru Ganto , Surat Kabar Kampus (SKK) Universitas Negeri Padang (UNP). Kami mengadakan studi banding ke Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Detak Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).

Mengenang Minang Lewat Sambalado Cangkuak

Gambar
Judul                   : Kuliner Langka Minangkabau Pengarang           : Gantino Habibi Penerbit               : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan                               Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Versi e-book        : rumahbelajar.id Cetakan               : I, November 2018 Tebal                    : 68 Halaman Orang Minang terkenal dengan budayanya merantau. Kebiasaan ini juga kuikuti. Walau bertumbuh di ranah Minang dari bayi hingga tamat sarjana, tak menyurutkan keinginanku bertualang ke ujung Sumatera. Kini aku bekerja di provinsi Aceh. Tepatnya kabupaten Aceh Selatan, Tapaktuan, si Kota Naga. Aku guru SMAN Unggul Hidayatul Ilmi Trumon. Lima tahun sudah aku di sini.

Sense Of Love

Gambar
Aku sudah lama tidak jatuh cinta. Sekira dua tahun lamanya. Agar aku tidak lupa rasanya cinta, adikku menyarankan agar sering-sering tidak membawa kelengkapan berkendara saat melewati jalur tertib lalu lintas. Kata dia, jantung yang deg-degan tak seirama saat polisi mendekat, menginterogasi lalu menilang, itulah yang dinamakan cinta. Aku membenarkan begitu saja. Apalagi temanku juga mengingatkan kalau bisa jadi indra pencintaku tumpul atau mati rasa. Kedengarannya jadi semakin mengerikan. Bisa-bisa aku divonis stadium akhir jika tidak segera menajamkan kembali indra yang sangat penting ini. Oleh karena itu, aku mengubah genre buku bacaanku dengan tema cinta-cintaan. Semoga menjadi salah satu cara yang manjur dan efektif untuk mengobati penyakit ini. Sambil bersenang-senang tentu saja.

Yang Mampu Membunuhmu

Gambar
“Jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri”. Koleksi ke-empatku dari buku karya Bernard Batubara. Kali ini judulnya membuatku menduga-duga. Dalam kondisi not delicious body aku membuka halaman pertama masih dengan hati menduga-duga. Aku rasa aku akan mencium anyir darah, air mata dan luka yang mendalam usai membaca. Sesuatu yang tak kutemukan dalam buku sebelumnya. “Milana” dan “Surat untuk Ruth” bertema penantian panjang akan cinta. Tentang harapan yang bergelantungan sebab cinta. Begitupun dalam “Cinta.” ada cinta berbunga dengan ending tidak membuat kesal. Buku ini masih dengan topik sama walau sepertinya akan mengulik sisi gelapnya tanpa ampun.

Ayah

Gambar
Speechless . Awesome . Aku jarang menemukan novel yang tiap bagiannya seperti puzzle berserakan. Plot maju mundur dengan sentuhan lokal dan gaya bertutur melayu yang cukup kental. Jika pembaca tidak awas dari awal, novel ini menjadi kumpulan kata-kata terpisah yang membosankan. Aku bahkan sering skimming dari bagian awal hingga memasuki akhir cerita. Ada begitu banyak nama yang bermunculan. Jika dihitung-hitung mungkin sampai lima puluhan lebih. Aku tidak mengerti peran masing-masing tokoh sebagai penguat dan penghubung cerita. Siapa ayah yang dijadikan judul besar di cover buku. Siapa tokoh utama? Apa hubungan tokoh satu dengan yang lainnya. Belum selesai pertanyaanku terjawab, muncul lagi tokoh-tokoh lain yang tidak kupahami mengapa dia harus diceritakan.

Satu Tahun Dunia Kami

Satu tahun yang lalu Dek Cantya lahir ke dunia. Denyut jantung pertamanya mengalihkan dunia kami padanya. Ia tumbuh menjadi anak yang menakjubkan. Tangannya sudah bisa melambai, menggoyangkan telunjuk tatkala diserukan No!No!No!. Juga, bertepuk tangan jika disorakkan hore. Kakinya sudah berjalan ke sana kemari dengan gagah berani. Tak lagi diiringi kidung sebulan yang lalu, jatuh bangun aku mengejarmu. Semenjak dua giginya muncul perlahan dari gusi bawah, kepandaian Dek Cantya makin bertambah. Ia bisa menghambur ke pelukan jika mendengar suara keras sembari mencari daging segar yang bisa dikunyah-kunyah. Ia berperan aktif dalam mengacak-acak benda-benda yang sudah damai di tempatnya. Ia juga terampil dalam buntut membuntuti. Kendati sudah berjinjit, mengendap-endap laksana maling, Ia tetap bisa melacak niat bundanya yang hendak beranjak. Uhft, Ia kepo sekali.

Batu Lado dan Kenangan

Gambar
Ternyata batu lado itu adalah Sehidup Sesurga. Karya Fahd Pahdepie. Bagi yang lupa sejarah batu lado, sila ingat ingat dulu komen komen fhoto yang ogud posting beberapa bulan lalu. Lahirnya batu lado berawal dari siasat jitu. Fhoto yang diembeli pertanyaan “Siapakah di antara mereka yang pertama kali menikah?” adalah ketika persiapan pernikahan ogud. Bwhaha. . .sudah sudah, kembali ke topik. Membuka halaman pertama serasa telah menyelesaikan semua isi buku. Dua ucapan selamat bertengger di sana. Terenyuh. Apalagi lengkap dengan penulisan M.Pd setelah nama pengirim. Paralu yo Bes?

Sembilan

Kita sepakat untuk tidak membicarakannya. No cake, no gift, and especially Big NO for party . Ada banyak hal yang bisa dengan mudah kita sepakati. Dan akan lebih banyak hal lainnya yang kita pertentangkan setelah ini. Seperti catatan ini. Aku memutuskan untuk membicarakannya. Kalau perlu panjang lebar dan luas sekali. Siapkan kantong saja. Ada yang berulang tahun di tanggal sembilan bulan ini. Seorang lelaki yang membuat hatiku seperti bom waktu, 7 Februari tahun lalu. Dia yang duduk di kursi sebelahku 9 Maret. Melontarkan pertanyaan yang paling kuinginkan dengan bahasa berbelit belit 11 Maretnya. Tentangnya aku selalu menjadi pengingat yang baik. Namun belum berhasil mengenalnya sebaik itu. Aku tak tahu kapan dia bahagia, sedih, kesal, marah dan kecewa. Yang kutahu hanyalah ketika dia sibuk dan aku begitu gatal untuk mengganggunya.

Ayat-Ayat Cinta 2

Tadi pagi nemu status medsos screen shot chat suami kepada istrinya. Minta maaf terlambat pulang. Dipenuhi kata-kata manis dengan segala aspartam dan siklamatnya. Penting banget ya kak? Harus? Scroll lagi ke bawah. Muncul selfie-selfiean wajah bening dengan bibir dimonyong-monyong. Mata dikedip kedip sambil Sssssstttt, jari telunjuk nempel di bibir. Sang fhoto diberi caption kata-kata emas 15 mayam pula. Aigooo ahjumaaaa....ahjumonie.Untung-untung kalimat sendiri. Ini malah copas status penulis. Tanpa mencantumkan sumber lagi. Ih, malu ih. Lanjut. Lanjut. Muncul kata-kata sesembahan antar wall. Kau adalah bidadariku. Yang akan menjadi istriku. Membina hidup bahagia bersama selamanya. Yiks. Yiks. Ngomong langsung aja deh. Temui ayahnya. Kesulitan nyari ayah bidadari ya?Dan heiii......kok aku jadi sewot sendiri yak? Apa setelah nikah aku mungkin akan jauh lebih dari itu. Hmm, jika itu terjadi, bisa dipastikan akan ada akun yang terblokir. Pasti.

Menceracau Lagi

Sebenarnya ini bukan waktu yang tepat untuk menceracau. Mudah-mudahan lelaki yang tengah kurindukan itu, tidak menyebutku seperti wanita tua penceracau namun tetap tidak membuat cinta Mas berkurang padamu. Eh. Aku sudah lama berhenti menulis. Itu ekivalen dengan sudah lama tidak bersenang-senang. Aku merasa ada kalanya seseorang berhenti menulis. Mengendapkan dulu segenap pikiran. Mengasah lagi keterampilannya. Menyiapkan sungguh-sungguh hal baru dan fresh. Membaca lebih banyak buku dan sejenisnya. Menulis yang terlalu kontinu tanpa perubahan gaya bercerita akan membuat pembaca bosan. Seperti yang aku rasakan pada penulis yang perlahan aku tinggalkan. Namun, semakin banyak buku dan catatan dilahap lahap, nafsu menulis jadi ciut menciut. Banyak tulisan yang penyajiannya keren dan tidak garing walau ditulis oleh orang yang sama. Bayangkanlah, bagaimana tulisan yang jumlahnya begitu banyak dengan ide sama memiliki gaya cerita berbeda. Proses kreatif apa sih yang dialami mereka hingg

Rindu

Finally, Rindu has done . Why did you make me hibernation so long? Huft. . . Aku menamatkan Rindu sekira enam bulan. 248 halaman kucicil hari demi hari. Kadang selingkuh dulu dengan blogwalking kesana kemari. Alur Rindu yang bergerak sangat lambat membuatku skimming. Pengenalan tokoh, latar bahkan keseharian dan percakapan semua tokoh-tokohnya ditulis sebegitu detail. Aku jadi ingat Annisa yang jika ditanya bagaimana kakinya bisa luka, Nisa akan menjelaskannya mulai dari bangun tidur, mandi, berangkat sekolah, belajar, jam istirahat, bermain dengan teman lalu terjatuh. Lengkap dengan percakapan dengan mama, guru dan teman-teman yang terlibat dengan kesehariannya di hari itu.

Jangan Dibaca!

Setiap hari kita bertemu orang-orang. Ada yang menyapa, bercerita, berpergian bersama, bersahabat atau hanya berlalu begitu saja. Namun, ada juga yang membuat degup jantungmu kehilangan ritmenya. Nada tak teratur berlompatan. Mungkin sebelah jiwamu bertemu pasangannya. Mungkin saja. Karena kamu tak berani menatap matanya untuk sekedar bertanya, debar jantungku ini, kamu sebut apa? Di lain hari, kamu bertemu lagi dengannya. Di saat itu kamu memastikan ternyata jantungmu menjadi tidak baik-baik saja. Bebungaan mekar di hatimu. Semilir angin saja membuatmu merasa berada di musim semi. Malu-malu, kamu memperhatikannya. Karena kamu tak berani meminta perhatiannya untuk sekedar bertanya, mengapa kamu begitu mempesona?

Pengkhianatan

Pada zaman sekarang, hiduplah dua orang lelaki di negeri nun paling ujung di peta Aceh Selatan. Tepatnya Krueng Lues Kecamatan Trumon Timur. Aku tidak akan memberitahu bahwa nama mereka adalah Cek Pet dan Asep. Aku juga tidak akan memberitahu kalau mereka adalah guru SD yang akan mencetak generasi-generasi muda penerus bangsa. Dan aku juga tidak akan memberitahu bahwa mereka adalah sahabatku yang tidak keren dan tidak istiqamah. Karena ini adalah cerita tentang sebuah pengkhianatan yang menyakitkan. Karena aku tidak ingin menyebutkan nama, aku hanya akan memanggil mereka Mr. Betrayer 1 dan 2. Oh tidak. Bukan aku saja yang akan memanggil mereka demikian. Tetapi kami.

Wipe Your Tears, Dear

Ada yang aneh sebelum dan sesudah gerhana. Bumi berputar mengelilingi kamu saja. Aku mau makan, ku ingat kamu. Aku mau tidur juga kuingat kamu. Bahkan di detik-detik aku terjungkal indah ke dalam got minggu lalu, kamu lagi, kamu terus, kamu lagi. Apa karena Januari lalu aku tidak membuatkanmu tulisan? Tak seperti temanku yang lain. Wah cemburumu dahsyat sekali sampai sampai mengalihkan duniaku. Maafkan aku. Itu murni kesalahanku. Dan sesungguhnya kebenaran hanyalah milik Allah SWT. Aku membaca ulang tulisan-tulisan lama demi menemukan semua tentang kita. Kewaspadaanku ketika berjalan beriringan denganmu karena semua orang akan memperhatikan dan menitip salam padamu. Aku bahkan harus memastikan berkali-kali jika ada satu salam itu kesasar padaku. Huft…dunia ini memang keras. Dan ketegaranmu yang ckckck. Jika aku yang mengalami cobaan-cobaan menakjubkan itu mungkin aku sudah terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Tenggelam dan tak muncul muncul.

Percakapan dengan Si Mas

Ketika mobil kepala sekolah berhenti di persimpangan jalan yang masih jauh dari sekolah, dua guru dari sekolah itu berfikir. Si A duga mobilnya mogok. Si B rasa, beliau menunggu siswa di sana. A dan B memiliki jalan pikirannya masing-masing. Dasar A adalah mobil itu tidak bergerak. Dasar B adalah sang kepala sekolah memiliki kebiasaan menunggu siswa di gerbang sekolah untuk bersalam-salaman. Si A dan B lalu bertemu. Mereka membuka topik pembicaraan tentang kepala sekolah. Si B mengutarakan pikirannya sambil ketawa cekikikan betapa konyolnya kepala sekolah menunggu siswa sejauh itu untuk bersalaman. Sedang si A menyangkal pernyataan B dengan nada sedih, kasihan mobil tua bapak itu rusak dan jelek. Lalu mereka berdua berdebat membenarkan pikirannya masing-masing. Pikiran A yang benar atau pikiran B? Sebenarnya apa yang dilakukan kepala sekolah pagi itu di persimpangan jalan?

Annisa dan Rumah Lereng yang Dirindukan (Bag. II)

Aku sakit. Sakit kepala yang cukup mengenaskan. Aku juga punya hobi baru yaitu uring-uringan. Entah mana di antara keduanya yang menjadi penyebab muncul yang lainnya. Ketika sakit kepala itu menyerang sampai ke ubun-ubunku, beberapa setan membisikiku untuk mengumbarnya ke semua akun sosmed yang aku punya. Mulai dari “Tuhan…sembuhkan aku…..” atau “kenapa kepala ini begitu sakit Tuhan. Atau “sakit ini tidak tertahankan, maafkan semua kesalahanku teman”. Dan kata-kata lainnya yang membuat semua orang tidak menolerir keberadaanku. Untunglah semua itu tertepis oleh Annisa. Seseorang yang lebih sering tidak menepati janjinya padaku, tetapi tetap aku rindukan setengah mati itu. Dia pasti sedang makan sate sekarang, menggantikan apapun yang kuinginkan.

Lara Dua Lima

Hai perempuan yang berulang tahun hari ini. Bagaimanakah rasanya sampai di zona seperempat abad? Sebenarnya kakak menulis catatan ini dalam keadaan tertekan binti terluka. Dirimu masih 25, kenapa galau nikahnya sudah tingkat dewaaaaa??? Kenapa??? Kakak jadi bingung nih, apa turut berbahagia atau ikut-ikutan galau juga. Maaf, kami tidak bisa membuat kue ulang tahun. Makanan yang paling kau suka di hari ulang tahunmu ini. Yang ada malah kami merindukan lagi kue buatanmu dulu yang lebih banyak dimakan duet Asep-Cek Pet ketimbang Rahmah. Oh tunggu, tunggu…aku lupa memperkenalkan perempuan yang menakutkan ketika kangen pempek dan rujak ini. Hhhh…sepertinya aku memang sedang tertekan. Dialah Eka Lara Nofebrida yang baru enam bulan aku kenal. Tapi aku merasa sudah mengenalnya lebih dari diriku sendiri. Jangan skip kalimat ini. Tahan muntah ya Ka sampai ending tulisan. Hehe.

Ceracau

Kami terancam tinggal setengah kodi. Sudah lah kodi, setengah pula. Seharusnya kami bergembira dulunya walau satu lusin juga tidak membanggakan. Sejujurnya aku tidak menyesalkan atau mengesalkan apa-apa. Hanya saja aku merasa ada yang janggal dan mencurigakan. Di neraka sana Bernard Zobrist mungkin sedang tertawa. Berfikir senjata biologis pembunuh massal acaknya telah tersebar di sekolah ini. Virus yang disebarkannya melalui udara itu memiliki kecocokan dalam mematikan DNA yang anakku miliki. Zobrist adalah ilmuwan brillian. Overpopulasi merusak keseimbangan antara kehidupan manusia dengan alam. Teorinya bisa dibuktikan dan berdasarkan pendalaman ilmu yang bukan main. Namun, dia harus rela dinobatkan sebagai pameran antagonis walau otak cantiknya mempesona. Temanku bahkan berbisik takzim, “Zobrist keren sekali” setelah menutup halaman terakhir.

Jodoh

Apa satu manusia memiliki satu jodoh? Jika demikian, bagaimana dengan seseorang yang telah menikah lebih dari sekali. Manakah jodoh yang asli? Hmmm mungkin saja satu manusia memiliki lebih dari satu jodoh. Buktinya perempuan lebih banyak dari laki-laki. Tapi tunggu dulu. Bagaimana kalau jodoh kamu meninggal sebelum kalian menikah, apakah Allah akan menyediakan jodoh yang baru untukmu? Hmm, atau mungkin ada satu manusia yang tidak punya jodoh. Kelakarku bersama teman dulu. Kami hanya mengakhirinya dengan tertawa. Jodoh itu rahasia Illahi. Itu cukup untuk mewakili. Tapi hidup punya banyak warna untuk harimu. Kendati menyelipkan satu warna berkelanjutan yaitu ragu ragu. Setiap hari aku meragu. Apakah sikapku sudah tepat. Apa pilihanku sudah benar. Apa aku terlalu banyak berpikir. Jika aku memang sudah melakukan kata hatiku, apa semua kata hati juga sudah benar. Jodoh ooo jodoh.

Selusin MIA-1

Aku menyebut mereka selusin MIA satu. Di beberapa tempat di sekolah, aku mendengar kelas ini disebut sebut sebagai “kelas 1 Bu Santi ini”. Atau “Itu tu kelas Bu Santi”. Kadang juga “anak anak mu Bu Santi” atau “anak Bu Santi lagi”. Wajar saja, walau jumlah mereka dua belas, tingkah mereka berkodi-kodi. Petualanganku menjadi wali kelas bermula dari makhluk-makhluk ini. Jika meramaikan istilah anak muda sekarang, aku sering baper kalau mengingat, menimbang dan menghadapi cecunguk-cecunguk ini. Mereka memiliki dua potensi dalam satu paket. Imut-imut dan amit amit. Mereka ahli melakukan keduanya. Dan wali kelasnya ahli bermain karakter. Lihai memasuki kedua dunia itu tanpa terkontaminasi. Bergerak bergerak, menerkam menerjang terkam. Tak gentar tak gentar, menyerang menyerang menang. Keren bukan?

Teacher’s Day: Talking About Integrity

Indonesian people celebrate the national teacher’s day at 25th November every year. On this date, “Hymn Guru’s” song is very popular to sing and thousands students is visiting their teachers to thanked, hand over their gifts even put on the flowers necklace to sign of love. We don’t care if that things are just such a good manners, behavior, or sincerely from the deepest heart. However, it is real. At least, it happens once a year. Indonesia even another country in the world is so special by determining one date to celebrate and reflection. Mother’s day, worker’s day, children’s day, health’s day, immunization’s day, free corruption’s day, etc. Liked celebrating of another’s day, as an obedient citizen, I just follow what the people do on teacher’s day. Status updating writes happy teacher’s day like people common do. Praying and grateful God had been sending my teachers who could bring me to the bright future like people common do. As if a leaf falls to the river. Moving appropr

Rumah Tangga

Buku ini sudah lima kali naik cetak dalam rentang waktu singkat. Buku yang laris manis di pasaran ini membuatku tak sabar hadir di genggamanku. Apalagi judulnya Rumah Tangga. Kebetulan, aku sebentar lagi akan berumah tangga. Eh salah, maksudku, aku sebentar lagi juga akan berumah tangga. Salah, maksudku, aku akan berumah tangga sebentar lagi. Ahrg sudah, sudah. Semua orang tentu akan menuju ke tahap itu bukan? Berumah dalam cinta, di tangga menuju syurga. Asyik, asyik. Fahd Pahdepie salah satu dari beberapa penulis favoritku. Bedanya, dia istimewa. Karena di setiap tulisannya, terbersit rasa tulus yang membuatku menghormati karya-karyanya. Ada pelajaran yang membuatku tertunduk dalam lalu menyahut, betul betul betul. Ada kata-kata emas yang membuatku kagum. Kejutan-kejutan menarik yang membelalakkanku tak cukup sekali dua kali. Khususnya dalam Rumah Tangga ini. Aku bangun dengan cinta. Kau rawat dengan doa. Demikianlah kita. Berumah tangga menuju surga.

Skenario

Sejujurnya, ada dua hal yang terlintas di benakku kala itu. Keduanya tarik menarik dengan kekuatan persis sama. Momen dipol nol. Pergi tidak. Pergi tidak. Pergi tidak. Pergi tidak. Kancing baju, kelopak bunga, motif selimut. Semuanya habis menjadi korban perhitungan kemungkinan munculnya pergi atau tidak. Hasilnya pun sama. Aku tahu sekali ada banyak hal yang not delicious akan terjadi. Hanya saja keinginan untuk keluar dari zona nyaman membuatku semangat. Lalu bagaimana dengan dreaming list yang sudah ku rancang? so so problematic . Ini dilema.

To The Deeping Heart

Saat kau terbangun tengah malam dalam mata tertutup. Kau yakin kau sudah bangun dengan kelopak mata menempel erat di bola matamu. Kau tetap mencoba bangun hingga setan membisikimu diam di tempat bersamanya. Kau tetap ingin bangun hingga semua bantal, guling bahkan kasur bekerja sama menahanmu agar tidak beranjak se-inchi pun. Massa tubuhmu memberat, menyalahi gravitasi. Kau tertawan dalam kondisi yang tidak bisa kau kendalikan. Dan yang terjadi selanjutnya adalah cerita berakhir. Tinggal kau dan rasa putus asa. Syukur-syukur kau tak muntah. Cerita berakhir tapi tidak selesai. Karena tak putus-putus kau berputus asa. Seperti aku, hari ini.

A Book Likes A Movie

Namanya Bujang. Bisa dipanggil Babi Hutan sesuai yang tertera pada kartu namanya. Lahir dan besar di pedalaman Sumatera. Hingga diboyong pada usia 15 tahun oleh Tauke Muda, pemimpin keluarga Tong yang terlibat bisnis illegal di kota Provinsi. Tempat Bapak Bujang menghabiskan masa mudanya sebagai tukang pukul nomor satu kepercayaan Tauke Besar. Bujang tumbuh melebihi pencapaian bapaknya. Kini ia telah menyelesaikan dua master sekaligus di universitas luar negeri sekaligus empat short-course dalam waktu singkat. Dia juga jagal nomor satu dunia hitam. Jenius, kuat dan tak mengenal rasa takut. Semua ucapannya adalah kebenaran. Satu ucapan darinya bahkan calon presiden tutup mulut.

Give Up Or…

Hari ini aku terluka. Tepatnya hatiku. Rasanya seperti tersayat sembilu lalu dilumuri CH3COOH a.k.a asam cuka. Sesekali rasanya juga seperti ditumbuk-tumbuk batu ulekan lalu diolesi cabe merah super pedas di etalase Rumah Makan Padang, eh. Sakitnya tuh terasa tak di sini saja. Menyebar ke segala arah. Layaknya aliran kalor reaksi eksoterm. Ingin rasanya aku berteriak kemudian berlariku. Menatap kosong rumput yang bergoyang tanpa bertanya apa-apa. Menyatu dengan debur ombak yang…. cukup. Sudah sudah. Lama-lama aku bisa terbawa suasana melankolis yang menyesakkan. Karena sialnya aku tidak cukup syarat dan perizinan yang kuat untuk bersatu padu dengan suasana blue yang mengharu deru, atau sampai rolling on the floor crying . Lebih tepatnya malas dan sia-sia. Toh besok, besok dan besoknya lagi aku akan terluka lagi. Bahkan bisa lebih teruk dari ini. Aku tidak terluka sendiri. Temanku juga. Hanya saja asal muasal lukanya tidak sama. Walau sakitnya juga menyebar kemana-mana. Bedanya d

Tidak

Gambar
“Spaaaaadaaaaa……” “Ini dia orangnya…*nimpuk pake sandal” “Eh eh, ada apa? Hari Jum’at lo….” “Karena. . . . .apa sambungannya to cerita bulan lalu?” “Xixixixi…..Habisin tahun ini dulu lah, baru disambung,,dududu penasaran ya *nepuk dada” “Ya sudahlah…*pasrah tapi tak rela jilid 2, kali ini apa?” “Mmmmm aku malu mengatakannya” “Sejak kapan kau punya rasa malu?” “Whattt??? Apa aku seburuk itu?” “Oh tidak, kau tidak buruk, tapi sangat buruk” “Hh, aku senang mendengarnya” “Ups…so? Kali ini apa?” “Well… Emmmm aku jatuh cinta,” “Haha, siapa perempuan malang itu?” “Nanti kau juga tahu sendiri,” “Ouch Ya?? Apa kau ingin mengungkapkan padanya akan perasaanmu?” “Begitulah, aku hanya ragu kapan waktu terbaik untuk mengungkapkannya”

Taman Bermain

Gambar
Horeeee. . .di kampungku sudah ada taman bermain. Inilah jadinya kalau tidak tahu menahu dengan perkembangan kampung halaman. Kapan munculnya, aku tak tahu sama sekali. Baru kemaren sore aku tahu karena diajak Annisa untuk bermain ayunan di sana. Mulanya aku tidak percaya dengan cerita Nisa yang terlihat bangga luar biasa. Ia menceritakan pengalamannya dengan sangat utuh sekaligus menuntut kesabaran tingkat tinggi dariku. Ternyata oh ternyata. Annisa benar. Aku terpesona dengan taman bermain yang sebenarnya tampak biasa ini. Hanya saja berhubung terletak di kampung kami, aku cukup berbangga hati. Ada sekira 4 set ayunan dengan 3 ayunan tiap setnya. Mereka memiliki ketinggian berbeda-beda tergantung peruntukannya. Satu set dikhususkan untuk balita karena ukurannya yang kecil, rendah serta memiliki sandaran. Sedangkan dua lainnya untuk anak-anak, remaja bahkan dewasa pun juga diperbolehkan. Seperti yang kulakukan saat ini. Walau ayunannya banyak, banyak juga anak-anak yang tidak k

Kopi Kawa, Gaji Pertama dan Setan

Gambar
Ketika seisi dunia berkonspirasi agar kau mengalah dengan mimpimu, apa kau akan menyerah? Aku membuka amplop putih itu dengan tangan gemetar. Kendati jemariku tidak seperkasa biasa, mereka tetap berusaha melepas tutup amplop berperekat yang membuat amplop itu tertutup rapat. Maklum, ini gaji pertamaku. Walau bukan hitungan pertama. Aku merasa masih perlu beraksi luar biasa. Karena nyaliku sedang diuji. Nama baikku sebagai anak yang mandiri dan berani sedang dipertaruhkan. Ditambah lagi pertanyaan mampukah Santi menyelesaikan yang telah dia mulai? Tak henti berlari-lari mengitari kepalaku. Gak capek apa? Taraaaa.... amplop itu pun terbuka. Aku menghitung lembar demi lembarnya hingga mataku berkedip-kedip dalam hitungan tak beraturan. Secara reflek, pertanyaan mengerikan yang sibuk wara-wiri tadi berganti dalam sekejap. Ganti teks jadi Mampukah Santi bertahan? Sepertinya pemenang adalah mereka yang bertahan adalah jawaban yang sulit diucapkan untuk saat ini. Hei...apa ada yang

4# Surat Untuk Kekasih

Gambar
Apa kau pernah membenci temanmu? Seperti aku saat ini. Dia adalah teman yang kukenal lama. Tapi perangainya membuatku kesal. Terasa deras saat kemaren aku bertemu dengannya. Seketika separuh kebahagiaan yang kumiliki hari itu lenyap begitu saja. Bagai diserap segitiga bermuda. Bukan, dia bukan monster. Monster lebih baik darinya. Setidaknya monster tidak membuatmu mengutuki masa lalu, hari ini bahkan mengutuki diri sendiri. Bisakah kau bayangkan, bagaimana dia bisa saja menyakitimu walau dia hanya diam saja di suatu tempat. Puh, betapa beratnya pekerjaan itu.

3# Surat Untuk Kekasih

Gambar
Dear kasih, kabarku buruk Dua hari ini aku mudah lupa. Yang aku lupakan hal sepele memang. Tapi berakibat fatal untuk diriku sendiri. Bahkan menganiaya orang lain. Apa pasal? Senin pagi aku mengganti tas sekolahku terburu-buru. Setiba di sekolah, aku baru ingat kunci lemari tempat tugas anak-anak disimpan, tertinggal di tas yang aku ganti tadi. Tak ada upaya selain menjemput kunci itu ke asrama. Sepanjang jalan aku terus menyesal, apa salahnya jika aku menyiapkan segala keperluanku di malam hari. Apa buruknya jika aku tidak menunda-nunda melakukan sesuatu. Penyesalan membuatku makin sesak saja. Karena mengutuk kesalahan sesungguhnya membuat kita makin menderita. Dalam lelah, akupun meyakinkan diri dan bersyukur, alhamdulillah masih diberi peringatan.

2# Surat Untuk Kekasih

Gambar
Dear Kasih. . . Menemukanmu, serasa aku menjadi ikan kecil kepayahan yang berenang di samudra. Sedang kau adalah tepian yang entah bila bisa aku sampai. Mengharapkanmu tidak membuat aku putus asa. Walau kiri kanan ikan kecil tadi hanya air, tak sekalipun dia berfikir, seluruh dunia berisi air. Dalam   hidup ini aku juga tahu sekali   seberapa boleh aku mengharapkan sesuatu. Yaitu seberapa sanggup pula aku menerima dan menahan kekecewaan. Kita boleh-boleh saja memiliki harapan sebesar apapun, tergantung sebesar apa hati kita siap menampung rasa kecewa. Seperti aku yang selalu menunggumu. Kamu terasa sangat jauh. Entah kapan akan bertemu. Sedang waktu melesat cepat seperti anak panah. Walau begitu, aku tak pernah ragu mendoakanmu. Sambil menguatkan hati untuk bersiap menelan rasa kecewa. Bukan aku tak percaya doa, Kasih. Hanya saja, Tuhan memberi apa yang kita butuhkan, bukan inginkan. Sedang aku tidak mampu memilah di antara keduanya. Bahkan terlambat menyadarinya.

Singgalang di Suatu Petang

Gambar
Gambar diambil di sini Tak tahukah ia, ada sekudung rindu yang kupendam dalam 33 hitungan ruas jari untuk setiap lima kali sehari. Dan bagaimana bisa semua itu malah membebani?   Tak   bersengaja kumenjelang pertemuan itu dari jauh. Ada sebuah kemenangan besar yang mesti kujemput kala itu. Awan menangis di sepertiga bermula kumelangkah. Tak lupa angin berpacu-pacu tak menentu. Kalau tak musabab pahala memberatkan massa, mungkin telah ikut berkawan-kawan dengan binatang bersayap di awang sana. Tanah yang memunggungi saja yang tetap setia memadatkan langkah agar tak terhuyung dan tertelungkup di badannya. Tak sedikitpun pula kuberani mengkhayalkan apa yang akan terjadi nanti, karena terkadang nyata bersiteguh tak berdamai dengan asa. Ini tak sekedar ambisi menaklukkan apa pun isi bumi, tak jua menjalankan hobi. Malu-malu kutabuh gendang hati. Mari sudahi. Tekadku.

Pulau Pasumpahan Part 3

Gambar
Gambar diambil dari sini Kak Siska takut naik perahu. Wajahnya pucat. Sepertinya ia phobia mengarungi lautan. Tapi tenang, sangat mudah membuat kak Siska tersenyum walau wajahnya pucat pasi. Cukup arahkan kamera lalu jepret jepret. Kak Siska akan menampilkan senyum terbaiknya dengan wajah pucat sekalipun.   Kak Siska maniak fhoto. Saat semua orang sibuk berenang, menyelam, memancing. Hanya kak Siska yang sibuk berpose-pose tak jelas. Bersamaku tentunya. Yaahhh aku hanya terbawa-bawa. Jadilah kami berdua mencoba semua gaya untuk menghasilkan fhoto yang bagus. Kak siska lebih-lebih. Tentu saja aku tak mau kalah. Kamipun mencoba pose melompat. Aku berhasil mendapatkan satu fhoto lompatan yang penuh jiwa seni. Sedang kak Siska, entahlah...aku tak bisa menggambarkannya lebih lanjut. Kak Siska tetap berusaha. lompatan-lompatan maut dikerahkan namun tetap saja. Kak Siska akhirnya menyerah.

Pulau Pasumpahan Part 2

Gambar
Gambar diambil dari sini Aku mengajak Kak Siska ke pulau Pasumpahan. Seperti biasa, sebelum aku mengajak seseorang, aku mempersiapkan diri untuk mendengar kata tidak. Dari perawakannya, kupikir kak Siska akan menolak ajakanku. Namun ternyata di luar dugaan. Kak Siska menyambutnya dengan gegap gempita. Lebih semangat dari yang kukira. Syukurlah. Awal rencana, keberangkatan adalah Minggu pukul 07.00 berkumpul di Simpang Haru. Di malam hari, tiba-tiba keberangkatan  delay  1 jam. Walau kamar kak Siska berjarak 10 langkah dari kamarku, aku memilih untuk memberitahukan pengumuman ini lewat  message   facebook saja. Maklum, aku harus hemat tenaga untuk petualangan di Pulau Pasumpahan esok harinya. Sialnya, kak Siska tidak membaca pesanku. Ia bersiap-siap sejak jam 05.00 subuh. Sekira pukul 06.00 pagi di saat aku masih mandi, kak Siska datang dalam balutan semi gaun warna pink untuk memantau kesiapanku. Melihat aku belum siap, kak Siska mencak-mencak sambil tertawa. Tak ada yang

Pulau Pasumpahan Part 1

Gambar
Ambil gambar dari sini Jika aku boleh memilih. Aku lebih suka liburan ke tempat yang tidak ada pantai atau lautnya. Namun, Tuhan selalu memberiku kesempatan ke daerah seperti itu. Laut memang indah, sangat indah malah namun aku tidak begitu menikmatinya. Mungkin karena aku hanya bisa memandangi laut di saat banyak orang datang untuk berenang dan menyelam. Ya, aku tidak bisa berenang dan tidak menikmati baju yang basah-basah karena air. Paling aku hanya berlarian di tepian dan hanya membiarkan air menjalari kakiku sampai di mata kaki lebih sedikit. Itupun hanya menyenangkan dalam lima menit pertama. Setelah itu aku bosan. Lantas bermenung-menung ria di tepian sambil menyaksikan teman-temanku yang tengah berenang. Namun bukan berarti aku menghindari pantai hanya karena tidak begitu menyukainya. Setiap ada kesempatan melakukan perjalanan, tak ada alasan untuk membuang kesempatan itu. Satu kesempatan yang tergilas, jarang akan menetaskan kesempatan kedua. Karena perjalanan bukan h

1# Surat Untuk Kekasih

Gambar
Ketika kau membaca surat ini, aku tak peduli kau sedang berada dimana. Yang jelas dimana pun itu, semoga rahmat dan keberkatan selalu tercurah padamu. Amiin. Sebelum itu, aku juga meminta maaf jika surat ini tidak berkenan bagimu. Kuberitahu saja, ini barulah surat yang pertama. Akan datang lagi surat-surat berikutnya yang kuharap tidak mengganggumu. Lagi pula, kamu tidak perlu terbebani dengan apa yang kutulis dalam surat ini. Menulis adalah salah satu caraku bersenang-senang dan satu-satunya hobi yang menghilangkan kegelisahanku. Untukmu yang selalu tersiram air wudhu. Sampai detik ini aku belum mengenalmu. Apakah kau adalah orang yang belum pernah kujumpai sebelumnya atau malah teman dekat yang sering bersama. Apa kau lawan bicaraku beberapa jam yang lalu atau kau pengendara yang beberapa kali lalu lalang di sebelahku. Sesekali aku membayangkan kamu adalah imam shalat dzuhur di suatu mesjid, namun luput dari perhatianku. Atau seorang yang antri di belakangku saat membayar b

Kebetulan yang Tidak Ingin Kualami

Gambar
Aku ahli bersembunyi. Satu-satunya jurus andalanku untuk menyelesaikan masalah yang tak kunjung selesai-selesai. Antara tak bisa dan tak ingin kuselesaikan. Aku juga tidak tahu persis. Sebagai gantinya kuserahkan pada waktu dan rumput yang bergoyang. Yang terpenting adalah aku punya sikap. Sikap yang tak perlu didukung oleh siapapun. Kejamkah? Heih, siapa yang membicarakan itu.  Ooo ya ya, angkat tangan. Lebih tepatnya mengabaikan. Tidak, tidak. Tidak sungguh-sungguh mengabaikan. Ahrg. Kata ini cukup menyebalkan. Terlebih saat mengingat Faksi = -reaksi, gaya tarik menarik alam semesta, teori keseimbangan alam, karma atau kutukan. Cukup, cukup hentikan semua itu. Toh ini menyenangkan walau tidak baik.