Belajar Seru Walau Jarak Jauh

         Waktu terus berlalu, sementara pandemi COVID-19 belumlah berlalu. Pembelajaran jarak jauh masih tetap berlaku. Guru yang dulunya tatap muka dengan siswa terpaksa berjauhan dulu. Riuh rendah suara kelas yang gaduh tentunya membuat rindu. Namun apa hendak dikata. Kesehatan dan upaya penekanan laju penyebaran coronavirus menjadi yang utama. Kendati demikian, kondisi tersebut tentu saja tidak harus mengorbankan pendidikan. Proses pembelajaran tidak akan terhenti karena kita memiliki teknologi.

Untungnya, sebelum wabah menyerang para guru sudah ditempa untuk melek teknologi baik oleh pemerintah, swasta dan berbagai komunitas peduli pendidikan. Begitu banyak pelatihan tentang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang digelar. Sebagai bekal guru agar tidak tenggelam dalam tantangan modernitas global yang kian canggih dan hebat. Dengan begitu, dunia pendidikan kita tidak begitu terguncang. Tinggal bagaimana guru dan siswa terbiasa dengan situasi yang tidak biasa tersebut.  Juga, bagaimana guru menciptakan proses pembelajaran yang seru dan menyenangkan dengan pemanfaatan teknologi yang ada.

Ada banyak teknologi terkini yang bisa dimanfaatkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Seperti Google Classroom, platform pembelajaran dari Google yang memungkinkan guru mengelola pembelajaran dengan lebih mudah. Teknologi ini mudah dipelajari dan digunakan oleh guru maupun siswa. Tidak memberatkan penyimpanan perangkat HP/laptop karena file yang diunggah terhubung ke Google Drive. Guru pun dengan mudah mengabsensi, memberikan penugasan, menilai, berbagi file baik fhoto maupun umpan balik berupa komentar di kelas-kelas yang sudah dibentuk dengan kode tertentu.

Kalau ingin bertatap muka dengan siswa di layar, ada beberapa teknologi video konferensi yang bisa digunakan. Seperti Zoom, Google Meet, Webex dan Microsoft Teams. Semuanya memiliki fungsi yang sama dengan kelebihannya masing-masing. Guru bisa memilih salah satu yang lebih disukai dan sesuai dengan kebutuhannya.

Teknologi sudah ada. Pemanfaatannya pun sudah bisa. Kini bagaimana guru mengelola pembelajarannya agar tetap seru, asyik dan menyenangkan. Bagaimana pembelajaran jarak jauh dengan teknologi tersebut hanya menjauhkan fisik semata namun tetap dekat secara roh dan emosional. Tidak menjadikan belajar menjadi berat, melelahkan dan membebani siswa.

Salah satu metode yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan pembelajaran yang berorientasi pada kehidupan atau keseharian siswa. Biarkan siswa belajar dari apa yang dialami, ditemui dan yang bisa mereka kembangkan selama di rumah saja. Untuk itu, guru harus menentukan subtansi esensial dari materi yang ingin diajarkan kepada siswa. Jangan samakan dengan pembelajaran kala tatap muka dulu. Teknologi memang bisa mengatasi namun bukan berarti dapat menggantikan.

Dalam pelajaran Kimia contohnya. Jika poin utama materi adalah siswa mengetahui bentuk molekul, siswa bisa dibimbing membuat model peraga dari buah-buahan di kebunnya. Seperti rimbang, jeruk, ciplukan, dan lain sebagainya. Jika materi pentingnya adalah mengetahui sumber protein, vitamin dan mineral pada hewan atau tumbuhan, siswa bisa dibimbing membuat sebuah menu masakan. Menuliskan kandungan gizi yang terkandung dalam bahan-bahan yang mereka gunakan dalam sajian tersebut.

Contohnya lagi, jika tujuan utamanya adalah pengelompokan sampah organik dan non organik, anak bisa dibimbing membuat tong sampah sesuai jenisnya. Bisa juga dengan membuat kerajinan dari barang bekas jika poin utamanya adalah mengelola sampah menjadi barang yang bernilai guna. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia misalnya, jika materi esensialnya adalah siswa terampil membangun opini, siswa bisa dibimbing memberikan pendapat tentang kebun di rumahnya atau lingkungan di area tempat tinggalnya. Siswa akan lebih senang jika pelajaran tersebut menyentuh kehidupannya. Pembelajaran yang terkait dan begitu dekat dengan kesehariannya pastilah akan meresap dan bermakna bagi siswa.

Selain itu, pemilihan teknologi yang tepat juga sangat memengaruhi jalannya pembelajaran. Penggunaan Zoom misalnya. Jika siswa setiap hari dari jam 08.00 hingga 12.00 WIB terus menerus di depan layar untuk video konferensi tentulah akan melelahkan mata dan pikiran siswa. Begitupun dengan penugasan melalui Google Classroom. Jika siswa dibebani tugas terus menerus lalu menggunggah filenya di Classroom tentulah berat dan membosankan bagi siswa.

Untuk itu, guru harus padu padankan pemakaian teknologi sebaik mungkin agar tetap mudah dan menyenangkan bagi siswa. Selingilah dengan teknologi yang paling digemari dan sering digunakan siswa, seperti facebook atau instagram. Media sosial (medsos) juga bisa guru jadikan sebagai media pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran poin-poin esensial yang berorientasi pada kehidupan siswa di rumah seperti yang dibahas sebelumnya dapat dipantau dan dievaluasi melalui media sosialnya. Siswa dibimbing membuat tulisan ringan dengan narasi yang santai dan sederhana tentang penugasan tadi untuk diposting di akun tersebut. Tulisan bisa dilengkapi fhoto atau video yang mencerminkan aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Dengan begitu, guru, orang tua dan teman-teman medsosnya dapat menyukai, mengomentari, membagikan bahkan terinspirasi darinya. Siswa tentulah bangga dan senang ketika karyanya ditampilkan dan diapresiasi banyak orang.

Jadi, jangan pesimis pembelajaran bisa jadi tidak semenyenangkan dulu lagi.  Belajar bisa tetap seru walau jarak jauh. Metode pembelajaran yang menyenangkan didukung dengan teknologi yang tepat akan mampu mewujudkan semua itu.

#PGRI, #KOGTIK, #EPSON dan #KGSN

http://gurupenggerakindonesia.com

PROFIL

SANTI SYAFIANA, S.Pd

Lahir di Batusangkar, tepatnya desa Saruaso, Kec. Tanjung Emas, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat pada tanggal 9 Juli 1989. Merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Menikah dan dikaruniai dua orang anak. Saat ini menjadi guru Kimia di SMA Unggul Hidayatul Ilmi, Kab. Aceh Selatan, Provinsi Aceh. Pernah bergiat sebagai wartawan kampus di Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto Universitas Negeri Padang (UNP) sebagai reporter Junior (2007), Fotografer (2008), Sektretaris Umum (2009) dan Redaktur Pelaksana (2010-2011). Pernah menjadi reporter terbaik di SKK Ganto UNP (2007). Selama menjabat di SKK Ganto, ikut terlibat dalam kepanitiaan Pelatihan Keterampilan Jurnalistik Tingkat Dasar se-Sumatera Barat (2007), Seminar Nasional Citizen Journalism (2007), Pelatihan Keterampilan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (2008), Study banding ke media-media nasional (2008, 2009, 2010 dan 2011). Membaca, menulis dan mendaki gunung adalah hobi. Belajar, Berkarya dan Berguna menjadi motto diri penulis.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bapak, Ibuk dan Ceritanya

Cinta Sama Dengan Nol (26)