Kapan Nikah?

Kapan nikah Nti?”
“Insya Allah usia 25?”
“Alhamdulillah, siapa lelaki beruntung itu?”
“Belum ada, hehe,” nyengir menyebalkan.

            Topik nikah ternyata tak bisa lagi dianggap remeh karena selalu merajalela dalam jenis percakapan apa saja. Saat buka bersama, hang out bareng teman-teman, reuni sekolah, kerja bakti, mengurus taman bacaan bahkan sambil lalu bertemu dengan orang berpacaran saja sang nikah tetap saja ditanya-tanya. Pun juga saat berlebaran bertemu dengan handai taulan karib kerabat sanak saudara, keluarga jauh maupun dekat, selain mengomentari penampakan tubuhku yang kian mengecil, nikah pun masiiiiih saja ditanyakan. Oh Tuhan, apakah aku sudah di ambang usia yang menyedihkan?
Jadilah lebaran tahun ini menjadi lebaran terwaspada dalam hidupku. Dan untunglah stok sabarku masih banyak. Aku cukup menjawab usia 25 walau belum ada pasangan. Terserah orang mau bilang apa, yang penting aku bahagia, ooo ooo.
Topik nikah sebenarnya cukup menyenangkan untuk dikupas secara tajam, setajam silet jika diperbincangkan bersama golongan jojopaba (jomblo jomblo paling bahagia) lainnya. Karena hanya para jomblowan jomblowati beriman nan ikhlas lahir batin seperti akulah yang mempercayai keajaiban cinca (baca cinta-lebay mode on). Saking percayanya, aku mulai mengadopsi konsep bertemu, jatuh cinta pada pandangan pertama, bertengkar-tengkar sok sinis, berlarian sambil nyanyi lalu nikah. Ala drama Jepang dan Korea gitu lo.
Aku sempat berencana untuk bergerilya dari satu keadaan ke keadaan lain yang memungkinkan pertemuan dadakan versi drama tersebut. Misalnya, berebutan membeli buku yang tinggal satu di Gramedia lalu jatuh cinta. Bersenggolan di persimpangan jalan yang menyebabkan buku-buku di tanganku berserakan tak berdaya lalu jatuh cinta. Saling nemu tulisan yang menggetarkan jiwa masing-masing pas blogwalking lalu jatuh cinta. Ngantri di KFC, eh ternyata menunya sama, lalu jatuh cinta. Hahaha. Apa lagi ya? Ada ide?
Namun jika yang sudah in relationship dan engaged mengangkat topik nikah, sesegara mungkin hentikan. Hindari mereka radius 7 km. Berbahaya. Karena mereka akan menertawakan rencana strategis tadi sambil menekan perutnya. Kita galau, mereka malah tertawa sampai sakit perut. Tragis bukan? Biasanya mereka yang sudah memiliki calon pasangan akan mengkhawatirkan nasib para jomblowan/jomblowati kalau-kalau kehabisan pasokan manusia single di dunia. Buruan kejar Dude! Kata temanku suatu hari. Hoalah, mau dikejar kemana? Kalau aku tahu tempatnya sekarang juga aku berlari ke sana. Sikat habis. Tuh kan, jadi galau tingkat tinggi deh kalau obral obrol nikah sama yang tidak sebangsa jomblo. 
Kalau sudah begitu aku akan membuka situs resonansi jiwa, Islamic motivation, sang bidadari hati dan lain sejenisnya. Atau menetralisir keadaan dengan bercerita ngalor ngidul dengan teman senasib sepenanggungan tentang keajaiban cinta tadi. Kalau tidak seperti itu bisa-bisa aku mengigau meneriakkan “Dunia tidak adiiiill, ahrggg!”
Sejatinya, aku sudah merasakan sindrom usia 25. Namun aku tak pernah berfikiran untuk tergesa gesa bertemu dengan seseorang yang ditakdirkan denganku. Aku masih ingin sibuk dengan diriku sendiri. Melakukan semua hal yang kusenangi tanpa dihambat-hambat oleh orang lain yang bisa jadi tiap sebentar mencemaskanku. Intinya masih ingin memikirkan kebahagiaan diri sendiri tanpa dibebani dengan  “memikirkan orang lain”.
Dan yang tak kalah pentingnya adalah untuk sekarang aku belum siap. Aku ingin mengindahkan akhlakku dulu agar aku berjodoh dengan lelaki yang indah akhlaknya. Kalau dipaksakan sekarang, apa menjamin kebahagiaan? Dalam pernikahan juga tak ada istilah nikah muda, nikah dini, nikah tua dan segala macamnya. Yang ada nikah tepat pada waktunya. Wong banyak juga yang pacaran bertahun-tahun, lengketnya pun minta ampun akhirnya kandas juga.
           Walau begitu, pertanyaan kapan nikah tetap akan aku ladeni. Yakninya usia 25. Kan ucapan adalah do’a. Asal yang bertanya bukan facebook aja. Awas saja kalau-kalau what’s on your mind berganti dengan kapan nikah?

Komentar

  1. Kapan nikah, kak? :D

    BalasHapus
  2. Duuuuuuuniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii............
    -_-
    Usia 25 (gigi terkatup)

    BalasHapus
  3. Sekarang udah berapa, kak? -_*
    *liat tahun lahir kak Anti

    BalasHapus
  4. 24 Dun..makanya Duni bantu kakak cariin cowok yang kaya hati, iman dan uangnya. Rupawan akhlak dan wajahnya.

    BalasHapus
  5. emang jeng, kalo itanya kapan nikah, kadang suka susah njawabnya, apalagi yang belum punya pasangan, namun tetap semangat ya, jangan loyo, pasti kalo usaha bisa menemukan yang terbaik, salam dari Raras, semoga bahagia selalu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bapak, Ibuk dan Ceritanya

Cinta Sama Dengan Nol (26)