Alkisah Sebutir Jerawat



            Lebih dari satu jam rasanya mereka membicarakan sebutir jerawat kecil yang teronggok begitu saja tanpa izin tepat di jidatku. Mereka menyebutnya bahwasanya jerawat tersebut adalah jerawat cinta. Cinta bersemi kepada seseorang yang sangat dikasihi. Begitulah kira-kira yang mereka ucapkan. Aku menggaruk pipiku yang tak gatal, mencoba membangun pertahanan. “Kalau ini jerawat cinta, bagaimana pula dengan orang yang punya banyak jerawat, apa berarti mereka punya banyak pacar?” sanggahku tak gentar.  “Oh tidak Bu, kalau itu mah namanya jerawat lemak.” Hoho… istilah baru nih, batinku. “Lantas, apa bedanya jerawat di jidat Ibu ini dengan jerawat lemak?” aku menengadahkan kepalaku, sepertinya pertanyaan yang kuajukan sangat menarik. “Bedanya Bu, jerawat cinta itu seperti jerawat di muka ibu saat ini. Sedangkan jerawat lemak bukan yang di muka ibu ini.” Mereka tertawa kegirangan. Aku mesem-mesem tak karuan. Kehabisan peluru.
Sesampai di rumah, aku pun menyediakan waktuku agak sedikit banyak di depan cermin usai pembicaraan itu. Kuperhatikan lamat-lamat sang jerawat dan membayangkan kalau bentuknya seperti tanda love (hati). Mungkinkah sedemikian bentuknya yang terlihat oleh mereka tadi sehingga dibilang ini adalah jerawat cinta? (hehe pasti lucu). Sebenarnya aku tidak begitu ngeh akan kehadiran jerawat beberapa hari terakhir karena aku dan cermin tak begitu berteman karib. Hanya saja, kalau sudah dikatakan orang, aku bisa memikirkan dan merasakannya sampai tahun depan atau abad depan kalau perlu. Alhasil jerawat kecil ini serasa menjadi benalu besar yang sukses menjadi pengganggu dalam keseharianku. Mau makan ingat jerawat, mau minum ingat jerawat, mau bobo pun ingat jerawat, mengapa selalu kamu jerawat?
Pagi, siang, sore tak lupa kupencet-pencet jerawatku dengan sangat hati-hati sambil bertanya-tanya dalam hati, jerawat siapakah ini? gaya ala sinetron (hehe). Ya jerawat aku lah. Namun yang tak habis pikir, apa benar ya ada jerawat cinta dan ada pula jerawat lemak? Aku berpikir sejenak. Tak lama terlihat pita-pita rekaman hidupku berputar tak terkendali dan Ups  sebuah nama menyembul di fikiranku. Aku terdiam lemas. Dengan berat hati kuumumkan, sepertinya saudara-saudara untuk kategori jerawat ini adalah jerawat cinta. Oh tidak, telah lahir sebutir jerawat cinta dengan selamat sentosa di kota yang belum lama kukenal ini. Tega-teganya bayangannya melintas di pikiranku yang muatannya hampir penuh. Eits, tapi belum pasti lho apakah ia akan singgah di hatiku? Sama belum pastinya apakah jerawat ini muncul karena memikirkan dia atau malah bayangannya bermunculan karena jerawat? Kuputar lagu Adele dan ikut berduet dengannya, “Nevermind I’ll find someone like you.”
Blang Kuala, 3 April 2012

Komentar

  1. Akhir-akhir ini, postingannya tentang cinta terus, kak.. :) Apakah sedang kasmaran...? hehe...
    Telpon yang kemaren, tidakkah akan bersambung...? Ingin kembali mendengar suara seorang Santi Sy.. hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hoho....rahasia...Oh telp itu. . .entahlah...waktu serasa tak cukup2 menampung aktivitas seorang santi sy. . .tunggu saja ya...akan ada suatu hari dimana suara kita beradu layaknya riak-riak air di sungai yang tidak tenang..(hehe..lebay)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bapak, Ibuk dan Ceritanya

Cinta Sama Dengan Nol (26)