Alkisah Sebutir Jerawat
Lebih dari satu
jam rasanya mereka membicarakan sebutir jerawat kecil yang teronggok begitu
saja tanpa izin tepat di jidatku. Mereka menyebutnya bahwasanya jerawat
tersebut adalah jerawat cinta. Cinta bersemi kepada seseorang yang sangat
dikasihi. Begitulah kira-kira yang mereka ucapkan. Aku menggaruk pipiku yang
tak gatal, mencoba membangun pertahanan. “Kalau ini jerawat cinta, bagaimana pula
dengan orang yang punya banyak jerawat, apa berarti mereka punya banyak pacar?”
sanggahku tak gentar. “Oh tidak Bu,
kalau itu mah namanya jerawat lemak.”
Hoho… istilah baru nih, batinku. “Lantas, apa bedanya jerawat di jidat Ibu ini
dengan jerawat lemak?” aku menengadahkan kepalaku, sepertinya pertanyaan yang
kuajukan sangat menarik. “Bedanya Bu, jerawat cinta itu seperti jerawat di muka
ibu saat ini. Sedangkan jerawat lemak bukan yang di muka ibu ini.” Mereka
tertawa kegirangan. Aku mesem-mesem tak karuan. Kehabisan peluru.
Pagi,
siang, sore tak lupa kupencet-pencet jerawatku dengan sangat hati-hati sambil
bertanya-tanya dalam hati, jerawat siapakah ini? gaya ala sinetron (hehe). Ya
jerawat aku lah. Namun yang tak habis pikir, apa benar ya ada jerawat cinta dan
ada pula jerawat lemak? Aku berpikir sejenak. Tak lama terlihat pita-pita
rekaman hidupku berputar tak terkendali dan Ups
sebuah nama menyembul di fikiranku. Aku terdiam lemas. Dengan berat hati
kuumumkan, sepertinya saudara-saudara untuk kategori jerawat ini adalah jerawat
cinta. Oh tidak, telah lahir sebutir jerawat cinta dengan selamat sentosa di
kota yang belum lama kukenal ini. Tega-teganya bayangannya melintas di
pikiranku yang muatannya hampir penuh. Eits, tapi belum pasti lho apakah ia akan
singgah di hatiku? Sama belum pastinya apakah jerawat ini muncul karena
memikirkan dia atau malah bayangannya bermunculan karena jerawat? Kuputar lagu
Adele dan ikut berduet dengannya, “Nevermind I’ll find someone like you.”
Blang Kuala, 3 April 2012
Akhir-akhir ini, postingannya tentang cinta terus, kak.. :) Apakah sedang kasmaran...? hehe...
BalasHapusTelpon yang kemaren, tidakkah akan bersambung...? Ingin kembali mendengar suara seorang Santi Sy.. hehe...
Hoho....rahasia...Oh telp itu. . .entahlah...waktu serasa tak cukup2 menampung aktivitas seorang santi sy. . .tunggu saja ya...akan ada suatu hari dimana suara kita beradu layaknya riak-riak air di sungai yang tidak tenang..(hehe..lebay)
Hapus