Cinta Sama Dengan Nol (16)

 Dream List

 Penulis : Santi Syafiana, S.Pd

Asty mendengar anak-anak menyanyikan lagu the climb di mana-mana. Di gerbang sekolah, taman, kantin atau ketika waktu istirahat. Asty senang melihat perkembangan mereka. Walau masih terdengar aneh, asal dan sumbang. Hal ini dikarenakan untuk memulai pelajaran, setelah membaca doa mereka harus bernyanyi terlebih dahulu. Untuk membiasakan pengucapan Bahasa Inggris dan memberi semangat belajar.

“Makin hari kamu makin bagus ya nyanyinya.” Asty memuji. “Nah nyanyinya sudah, sekarang Ibu ingin kamu mengaplikasikan nyanyi itu dalam keseharian kita.”

Semua siswa saling menatap. Mereka bingung dengan yang Asty katakan. “Maksud ibu, setiap kita harus memiliki mimpi dan bersama-sama menggapainya.” Kelas hening, mereka belum juga paham. “Oke sekarang Ibu bertanya apa impianmu, ibu mulai dengan impian ibu.”

“Impian ibu kan jadi guru. Bukankah sudah tercapai Bu?” tanya Zia.

“Oh ini impian ibu sebelumnya. Sekarang ibu harus memiliki impian yang baru lagi untuk menunjang kemampuan Ibu. Kalau satu impian sudah tergapai bukan berarti kita tidak boleh bermimpi lagi. Justru kita perlu menambah dan meningkatkannya biar hidup jadi lebih hidup!”

“Jadi impian Ibu apa?” Kali ini Afdal bertanya masih dengan tergagap. “Ibu mau S2 ke luar negeri,”

“Waa…” anak-anak tampak terpana. Seperti tidak pernah mendengar orang memimpikan hal seperti itu.

“Sekarang giliran kamu, dimulai dari Cut Rindu,”

“Apa ya Bu?” Cut Rindu juga bertanya-tanya apa impiannya. Asty tertawa. 

“Nah itulah yang membuat kamu malas dan pasrah belajar. Sekolah bagimu hanyalah rutinitas yang turun temurun. Tidak ada guru kamu malah santai. Kamu tidak haus mencari dan menggalinya lebih dalam karena impian saja kamu tidak punya. Coba kamu pikirkan mau jadi apa kamu nanti yang membuatmu bahagia.”

“Saya kerja di Bank Bu karena bajunya bagus dan nampak ganteng,” Fahmi menyela. 

“Wuu. . .” sorak teman-temannya.

“Saya bidan Bu, guru Bu, ustad Bu,” kelas tiba-tiba menjadi heboh.

“Ya, ya. Sekarang tuliskan impianmu di lembar pertama buku catatan di sebelah nama. Tulis yang besar.” Anak-anak menuruti perintah Asty.

“Sudah semuanya?”

“Sudaaahh,” sorak anak-anak.

“Oke sekarang kita perlu merintis jalan menuju impian itu.” Siswa di kelas tampak bengong. “Contohnya begini, jika kita ingin membuang sampah kita berjalan kemana?”

“Ke tong sampah Bu,”

“Kalau kita ingin mandi, kita berjalan kemana?” “Ke kamar mandi Bu?”

“Begitu pula dengan impian. Kalau kita ingin menggapainya, kita perlu berjalan ke arahnya. Namun jalannya perlu kita ciptakan, karena impian itu belum berbentuk seperti tong sampah dan kamar mandi. Dia ada di masa depan kita. Kita perlu membentuknya sendiri mulai dari sekarang. Karena masa depan adalah milik mereka yang menyiapkan hari ini.”

“Oke, apa-apa saja yang kita perlukan untuk merintis jalan menuju impian sesuai lagu yang kalian nyanyikan?”

“Semangat,”

“Pantang menyerah,”

“Yakin,”

“Usaha,”

“Kerja keras,”

Exactly, karena jalannya mendaki. Bahkan di pendakian itu mungkin akan kita temui batu-batu besar dan semak belukar. Jadi kita butuh persiapan yang matang. Untuk itu ayo kita ciptakan jalannya dengan membuat dream list.”

“Apa itu Bu?”

Dream list adalah daftar mimpi yang berisi target-target yang harus kita capai setiap harinya. Kalau perlu setiap jamnya. Kita mulai dari yang sederhana dulu. Kalau sudah terbiasa, hal kecil itu akan membesar dan meraksasa. Contohnya daftar pertama adalah bangun tidur satu jam sebelum shalat Subuh. Kalian bisa tahajud dulu kemudian menghafal lima buah kata kerja dalam bahasa Inggris plus penggunaannya dalam kalimat. Siangnya kalian setor pada Ibu. Awalnya memang berat tapi nanti lama kelamaan akan terbiasa. Jika sudah terbiasa, kamu bisa menambahkan dari lima kata menjadi sepuluh kata. Begitu seterusnya. Dengan catatan dream listnya harus selalu meningkat atau setidaknya sama. Tidak boleh menurun. Itu akan mempersulit kita membuat jalan menuju impian. Ambil kertasmu. Kita akan membuat dream listnya bersama-sama. Dream list itu kita tempel di kamar tidur. Di tempat yang bisa kita lihat dengan sering dan mudah.”


Anak-anak menuliskan dream listnya di kertas. Asty juga menuliskannya. Masih banyak impian yang ingin ia wujudkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bapak, Ibuk dan Ceritanya

Your Dying Heart

Pengalaman TOEFL ITP Online