Cinta Sama Dengan Nol (28)
Epilog
Penulis : Santi Syafiana, S.Pd
Di hari yang sama, Miza dan Adit juga
mengirimkan Asty video mereka yang sedang menyanyikan sebuah lagu bersama band
kampusnya. Lagu itu adalah ciptaan Miza yang dipersembahkan khusus untuk Asty,
sumber inspirasinya. Liriknya berbahasa Inggris. Pengucapannya
juga fasih dan jernih.
Kendati terpisah jarak yang jauh, Asty dan siswa-siswanya
tetap aktif bertukar kabar lewat media sosial. Oleh sebab itu, ia tidak
ketinggalan informasi tentang perkembangan anak didiknya dahulu.
Sebagian besar mereka kuliah di Banda Aceh mengambil
jurusan yang mereka sukai. Hanya dua orang yang tidak lanjut ke jenjang sarjana
yaitu Fahmi dan Cut Rindu. Fahmi menggarap kebun milik orang tuanya. Ia
melanjutkan usaha ayahnya yang sudah meninggal. Fahmi bukan petani sembarangan.
Ia suka membaca metode-metode baru dalam berkebun sehingga bisa menghasilkan
bibit unggul dengan hasil panen melimpah.
Cut Rindu menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya. Ia
telah dikaruniai satu orang anak. Ia memilih untuk menjadi ibu rumah tangga
yang cerdas. Ia sering membaca buku tentang parenting
dalam membesarkan buah hatinya. Wawasannya dalam mengasuh anak, ia tuangkan dalam bentuk video dan tulisan yang dibagikan di media sosial.
Anak didik Asty kini sudah dewasa. Mereka yang dulunya
merengek akan tebalnya buku bacaan, kini sudah tergila-gila membaca.
Sementara Asty sendiri sudah menamatkan kuliah
pasca sarjananya di Universitas Leiden. Bersama Doni dan Nina, ia merintis
sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang literasi baca tulis
untuk sekolah-sekolah di daerah tertinggal Indonesia.
Komentar
Posting Komentar