Sembilan


Kita sepakat untuk tidak membicarakannya. No cake, no gift, and especially Big NO for party. Ada banyak hal yang bisa dengan mudah kita sepakati. Dan akan lebih banyak hal lainnya yang kita pertentangkan setelah ini. Seperti catatan ini. Aku memutuskan untuk membicarakannya. Kalau perlu panjang lebar dan luas sekali. Siapkan kantong saja.

Ada yang berulang tahun di tanggal sembilan bulan ini. Seorang lelaki yang membuat hatiku seperti bom waktu, 7 Februari tahun lalu. Dia yang duduk di kursi sebelahku 9 Maret. Melontarkan pertanyaan yang paling kuinginkan dengan bahasa berbelit belit 11 Maretnya. Tentangnya aku selalu menjadi pengingat yang baik. Namun belum berhasil mengenalnya sebaik itu. Aku tak tahu kapan dia bahagia, sedih, kesal, marah dan kecewa. Yang kutahu hanyalah ketika dia sibuk dan aku begitu gatal untuk mengganggunya.


Ulang tahun memang biasa saja, namun ulang tahunnya adalah kesyukuran dan kebahagiaan. Tuhan menambah usianya membersamaiku. Tuhan menganugerahkan tambahan waktu untuk kami menyusun tangga satu persatu. Walau bersusah sungguh.

Dear, you are a miracle. As always!

Aku ingin membisikkan kata-kata ini di hari ulang tahunnya. Namun sulit sekali jika tidak sedang syuting drama Korea. Kecuali aku senang mendengar suara jangkrik. Lelaki ini tidak setuju bahwa cinta perlu diucapkan. Ia hanya perlu dibuktikan. Sedang aku setuju sebesar ketidak setujuannya. Cinta itu perlu diucapkan dengan lidah, diyakini dengan hati dan dilaksanakan dengan segenap anggota tubuh. Kok jadi pengertian iman ya? Jika begitu dia pasti akan membantah. Bagaimana dengan orang bisu? Selama ada seseorang yang ingin mendengar, bisu juga bisa bicara. Harusnya aku menjawab begitu. Aih...aku menyembunyikan sisi romantisku.

Ternyata menikah adalah belajar. Belajar untuk saling memahami, menghargai, membunuh ego, mengalah dan membahagiakan. Sayangnya aku siswa yang buruk. Aku bisa dengan mudah mengetahui jumlah amonia yang diteteskan ke dalam asam klorida untuk mencapai titik ekivalennya. Tapi tidak dengan massa garam yang dimasukkan ke dalam sayur untuk mencapai ketepatan rasa. Aku bisa mengetahui waktu yang diperlukan sampai separo zat radioaktif meluruh. Tapi tidak untuk meluruhkan egoku sendiri meski hanya separuhnya.

Kendati begitu, aku tuntas mendoakanmu. Sehat dan bahagia selalu sayang. Berkah sisa usia dan terkabul doa-doa. Semoga tetap tahan dengan mengerikannya aku ketika merajuk dan melankolis. Betah dengan tak gentarku memperjuangkan pentingnya maaf dan terima kasih. Hingga kepercayaanku bahwa kealamian kadang juga butuh pemaksaan. Sampai kapanpun akan bertambah hal yang kita pertentangkan namun tak sedikitpun aku takutkan. Seperti katamu, menikah bukan untuk saling menakuti. Kita hanya perlu mengudara bersama membawa perbedaan yang kita punya.

Dan tenang saja, aku akan belajar sebaik mungkin. Berusaha menjadi lebih baik lagi. Menghindari yang akan membuatmu gusar dan malu. Kecuali bergelayut gelayutan pada tanganmu dimana saja. Aku akan tetap melakukannya.

Happy Birthday dear!

You’re not being old, You’re just being better. Amiiin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bapak, Ibuk dan Ceritanya

Your Dying Heart

Pengalaman TOEFL ITP Online