Wipe Your Tears, Dear


Ada yang aneh sebelum dan sesudah gerhana. Bumi berputar mengelilingi kamu saja. Aku mau makan, ku ingat kamu. Aku mau tidur juga kuingat kamu. Bahkan di detik-detik aku terjungkal indah ke dalam got minggu lalu, kamu lagi, kamu terus, kamu lagi. Apa karena Januari lalu aku tidak membuatkanmu tulisan? Tak seperti temanku yang lain. Wah cemburumu dahsyat sekali sampai sampai mengalihkan duniaku. Maafkan aku. Itu murni kesalahanku. Dan sesungguhnya kebenaran hanyalah milik Allah SWT.

Aku membaca ulang tulisan-tulisan lama demi menemukan semua tentang kita. Kewaspadaanku ketika berjalan beriringan denganmu karena semua orang akan memperhatikan dan menitip salam padamu. Aku bahkan harus memastikan berkali-kali jika ada satu salam itu kesasar padaku. Huft…dunia ini memang keras. Dan ketegaranmu yang ckckck. Jika aku yang mengalami cobaan-cobaan menakjubkan itu mungkin aku sudah terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Tenggelam dan tak muncul muncul.


Dan, aku tak mau mengakui ini. Tapi gimana ya? Ya sudahlah, aku tak punya jurus ampuh lainnya untuk membuatmu lebih baik dan lebih baik lagi. Mungkin kamu tak akan percaya. Aku juga gengsi mengakuinya. Gimana ya. Ahrg sudahlah. Aku jujur saja…aku bersyukur telah menjadi temanmu. Tumbuh menjadi orang baik dan hebat bersamamu. Berkembang dengan semua pemahaman dan prinsip hidup yang baik untuk waktu ke depan. Untuk semua itu aku bersyukur. Pasti kamu tidak bukan. Huh. Meski sering terjadi tumbukan-tumbukan efektif yang tidak bisa kita elakkan karena kita begitu sama. Walau entropi kita tinggi namun proses dari teratur ke tidak teratur sama mudahnya dengan proses sebaliknya. Karena kita adalah teletubies yang unyu unyu. Ayolahh…sepakat saja. Aku tidak meminta kamu untuk tolong sebarkan catatan ini ke dua puluh orang. Jangan dipermainkan, Lillahi Ta’ala demi amanahmu. Dalam waktu 12 jam gak disebar musibah akan terjadi berupa dibenci orang dan sial sampai umur 38 tahun. Eh..sepertinya itu bukan ide yang buruk!

Tetapi mengapa kamu suka mengendap? Aku juga sih sedikit. Ketika kamu dan aku bisa dengan jelas membedakan perasaan kita kepada seseorang. Kenapa kamu hanya memilih untuk mengendap? Kita juga tak selalu sepakat dengan yang namanya rahasia ya untuk dirahasiakan. Tapi kenapa ketika kamu tahu itu cinta kamu malah memilih diam. Di saat kamu jelas-jelas tahu bahwa kamu bukan Timbal (II) Sulfat yang akan terbentuk kembali setelah ditambahkan hasil reaksi. Ah..aku ngomong apa sih? Sorry sorry aku jadi ngelantur. Seriusnya begini.

Sebagai korban dunia imaginer, permainan kata-kata dunia maya ditambah drama Korea. Aku bersedia lahir batin membantumu menyiapkan segala sesuatu untuk membatalkan hari bahagia lelaki itu yang serasa kiamat bagimu. Kita butuh apa saja? Sianida? Logam Natrium plus air? Asam Klorida pekat 38%? Atau agar lebih sensasional kita menyiapkan pistol saja. Bersembunyi di bawah meja prosesi ijab kabul lalu todongkan pistol ke pengantin wanita. “Hentikan pernikahan ini. Kalau tidak, bukan cintamu yang akan menembus jantungnya tapi peluru ini, hah!” bukankah itu huru hara yang sangat imut?

Hanya saja kamu tidak selemah itu. Walau kamu menangis dan sibuk menyalahi dirimu sendiri, di dalam hatimu, kamu selalu mendoakan yang terbaik baginya. Huh huh, I know you so well girl. Paling yang kamu tangisi sekarang adalah aku. Dengan jarak ini aku tidak bisa menyeka wajah cantikmu itu dengan tissue. Atau menampung air matamu dengan baskom. Ayo ngaku…ngaku aja deh!

Cepat baikan yah. Aku malah bersyukur kamu tidak bersamanya. Sebenarnya aku tidak setuju dengan lelaki itu. Kalau kamu menikah dengannya aku akan menolak. Wong jodohnya perempuan lain. Sedang jodoh kamu pasti jauh lebih baik darinya. Dia sedang mempersiapkan dan memantaskan dirinya untuk perempuan luar biasa seperti kamu. Lelaki yang juga mencintaimu dalam doa-doanya seperti yang dua belas tahun ini kamu lakukan. Walau untuk lelaki itu sih. Tapi katanya, jodoh kita seumpama kita bercermin. Katanya mencintai dalam diam adalah perjuangan yang berat. Tapi disanalah letak istimewanya. Jadi jangan salahkan cara yang co cweet itu. Apalagi kamu merasa hal ini terjadi karena kamu tidak jauh hati-hati dalam menjaga sesuatu yang bukan milikmu. Itu sama sekali bukan karena itu. Itu hanya manusiawi semata yang mengubah hal-hal sederhana menjadi rumit kala galau berkuasa.

Andai kamu tahu, sebenarnya kamu sedang menemukan banyak di saat kamu kehilangan. Dan suatu saat kamu akan mensyukuri kejadian ini. Coba kamu pikirkan apa yang kamu temukan? Kau menemukanku, eh. Maksudku, kau menemukan kalau dia bukan jodohmu. Setidaknya kamu sudah melakukan hal yang benar selama ini dengan membiarkan cinta itu tumbuh dalam doamu. Kamu menemukan bagaimana rasanya patah hati dan ternyata kamu masih baik-baik saja setelahnya. Masih banyak lagi yang kamu temukan. Banyak. Kamu lah yang paling tahu tentang itu.

Finally, jangan sakit kepala lagi karena menangis. Apalagi mata tertutup hati bergadang. Gaswat itu. Kamu yakin kalau kamu bukan zombie? Iya…dua belas tahun bukan waktu yang singkat. Tapi dua belas tahun itu lah yang menempamu menjadi kuat hingga memiliki pemahaman yang baik tentang hidup ini. Wah..kamu keren sekali. Aku kalah deh kalau gitu secara aku di sini masih disibukkan dengan lirik “ada apa dengan sinyal?”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bapak, Ibuk dan Ceritanya

Your Dying Heart

Pengalaman TOEFL ITP Online